(Arrahmah.com) – Duarrr! Bom meledak di Mall Alam Sutera. Para pengamat ‘profesional’ langsung berkomentar. Topik utama pembicaraan langsung seputar terorisme dan ancaman nyatanya. Bahkan tak jarang dibumbui dengan kemungkinan jaringan anu dan anu. Bila ternyata pelakunya muslim, akan ramailah pemberitaan tentangnya, seolah tuduhan terorisme menemukan muaranya. Akan tetapi, jika pelakunya bukan muslim, lama kelamaan tuduhan itu akan menghilang, seiring berita yang tenggelam (baca: ditenggelamkan).
Bom yang diberi nama The Mother Of Satan ini, bagaikan pembalik atas berbagai makar dan tuduhan yang mengindentikkan terorisme dengan Islam. Terduga lone wolf bomber yang bernama Leopard ini, ternyata seorang non muslim. Bagaimana tidak, sebelum pelaku tertangkap, kicau opini sudah ke sana ke mari, wira wiri menuduh teroris itu dan ini.
Istilah teroris dan/atau terorisme sudah memiliki makna oportunistik. Makna yang hanya berpijak pada kepentingan tertentu, dan tidak berpijak pada prinsip yang tetap. Karena, jika kita mengikuti alur berpikir para pemberi istilahnya. Misal, karena motifnya pemerasan maka kasus bom Mall Alam Sutera tidak bisa dikategorikan teroris. Selain itu, pelaku tidak memiliki motif politis. Kita tentu.bertanya, bagaimana dengan gerombolam OPM? bukankah mereka bersenjata dan memiliki motif politis yang utama? Tetapi sampai sekarang pun pemerintah RI tidak pernah mengkategorikannya sebagai tindakan terorisme. Meskipun sudah banyak korban akibatnya dan menimbulkan teror tersendiri di tengah masyarakat.
Adapun jika yang dipakai standar dalam penggunaan istilah terorisme adalah tingkat kengerian dan jumlah korban. Tentunya agresi AS ke dunia Islam, merupakan kejahatan yang mengerikan dan paling banyak memakan korban. Tetapi, pemerintah RI tidak berani mengkategorikan AS sebagai negara teroris, malah bermesraan dan memfasilitasinya untuk memeras SDA dan SDM negeri ini.
Makna oportunistik terorisme ditarik ulur hanya untuk menyudutkan Islam dan kaum muslim, bukan yang lain. Buktinya, bisa kita lihat dari barang bukti yang sering ditampilkan dalam penangkapan para terduga teroris, biasanya buku-buku atau kitab yang berlatar belakang Islam. Istilah-istilah yang dilekatkan pun selalu diidentikkan dengan berbagai istilah yang ada di dalam Al Quran, mulai dari Jihad, Fai sampai ke Thaghut.
Makar ini tentu tidak terlepas dari ketakutan Barat terhadap Islam dan kaum muslim. Terutama, kaum muslim yang sangat muak dengan penjajahan AS. Atau kaum muslim yang mencari solusi atas derita negeri, seraya mengajak masyarakat untuk kembali meniti aturan Ilahi. Wallohu a’lamu bishshowwaab.
Ary Herawan
www.aryherawan.blogspot.com.
(*/arrahmah.com)