Oleh : Syekh Abdul Fadli Al ‘Iraqi
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah Rabbul ‘Alamin. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada penghulu para rasul, Muhammad dan kepada keluarganya serta para sahabat seluruhnya…
Wa ba’du:
Sesungguhnya Allah telah memberikan nikmat kepada umat ini dengan mengaruniakan kepadanya ulama ‘amilin yang menerangi bagi semua umat ini jalan kejayaannya, dan (jalan) keberkuasaannya serta keberlepasannya dari belenggu-belenggu penghinaan dan perbudakan (selama ini), tanpa campuran noda hawa nafsu, dan tanpa kabut penghalang produk ulama suu dan orang-orang sesat yang telah membutakan umat ini dari diennya sejak beberapa dekade -bahkan beberapa abad- dimana di masa-masa itu umat telah terpuruk jauh ke belakang…
Namun Allah tidak menginginkan kecuali Dia menyempurnakan cahaya-Nya; dimana Dia jalla wa ‘ala telah menetapkan sunnah kauniyyah yang pasti berjalan yang tidak bisa digugurkan oleh kedurjanaan orang yang durjana, tidak pula oleh pengintaian orang munafiq dan tipu muslihat orang yang busuk atau pedang (kekuatan) para thaghut atau pengkhianatan orang yang khianat dan kelemahan orang yang tsiqah atau kehebatan orang fajir; yaitu bahwa akan senantiasa ada sekelompok dari umat Muhammad Al Mushthafa ‘alaihis shalatu was salam nampak (unggul) di atas al haq lagi diberikan kemenangan, yang mana orang yang menyelisihinya dan orang yang menelantarkannya tidak akan memadlaratkannya sampai datang hari kiamat sedang mereka dalam kondisi begitu…
Ath Thaifah Al Manshurah itu memiliki dua sisi (yaitu) ilmi dan amali, adapun sisi ilmu maka ia tercermin pada ulama at tauhid wal jihad, merekalah ulama rabbaniyyin yang telah menjual dirinya kepada Rab mereka, yang mengetahui kebenaran (al haq) terus mereka mengamalkannya dan mereka mendakwahkannya serta bersabar terhadap penindasan di dalamnya, mereka tidak peduli dengan penyelisihan ahlul ahwa -para penyembah syahwat- dan dengan penelantaran para pengecut dan penakut…
(Mereka itu) yang tidak takut dengan ancaman para thaghut kepada mereka (dengan) pembunuhan atau pemenjaraan atau pengasingan, dan mereka tidak dibuat risau dengan kehilangan isteri atau harta atau anak, dan mereka tidak terpikat dengan kilauan jabatan yang dengannya mereka menjual akhirat mereka dengan dunia orang lain demi mendapatkan beberapa dirham yang nahas yang dilemparkan para thaghut kepada mereka dari secuil sisa-sisa kekayaan yang mereka jarah dari hak umat yang malang akibat ulama-ulamanya yang menyesatkan dan para penguasanya yang murtad…
Mereka itu ulama yang dengan tulisan-tulisan mereka yang penuh berkah telah menerangi bagi umat ini jalannya yang benar, dan membimbing shahwah jihadiyyah salafiyyah mubarakah, sehingga bertolaklah pasukan muwahhidin dan bataliyon-bataliyon mujahidin dalam keadaan bersinar dengan tulisan-tulisan yang penuh berkah itu supaya kembali mengangkat panji jihad seraya menghidupkan faridlah (kewajiban) yang dilupakan umat sejak waktu yang lama; yang dimanfaatkan oleh kekuatan kafir untuk menghinakan umat, menundukkannya dan menjauhkannya dari diennya secara total. Akan tetapi mana mungkin itu bisa terealisasi, karena sunggguh pasukan-pasukan tauhid dan jihad telah bertolak untuk merobohkan istana-istana kekafiran, kemusyrikan dan kezindiqan dan untuk mengembalikan kepada umat kejayaannya yang terampas.
Dan hal ini tidak mungkin terjadi seandainya tidak ada ulama rabbaniyyin itu -ulama at tauhid wal jihad- yang telah Allah Subhanahu wa ta’ala jadikan sebagai sebab bagi semua kebaikan ini yang telah merata di tengah umat dalam tenggang waktu yang sangat singkat bila dikiyaskan dengan kerusakan pemahaman dan aqidah yang telah menjalar di kalangan khusus umat ini apalagi kalangan awamnya…
Maka tergolong aib dan cacatlah sikap kita merendahkan hak para ulama itu, dan sebagian ikhwan -semoga Allah mengampuni mereka- berupaya menciptakan pemisahan yang buruk dan penghalang-penghalang rekaan antara ulama at tauhid wal jihad dengan mujahidin. Padahal seandainya kita mentadabburi Kitabullah baik-baik dan mengkaji benar Sunnatul Mushthafa shallallahu ‘alaihi wa sallam tentu kita mendapatkan kesimpulan dengan sangat jelas keutamaan orang ‘alim yang ‘amil di atas orang yang beramal saja, dan mudah-mudahan dengan izin Allah ta’ala saya bisa menulis secara khusus makalah yang di dalamnya saya menjelaskan masalah ini dengan lebih terperinci.
Dan hal yang penting yang berkaitan dengan kita dari muqaddimah ini -wahai ikhwani fillah- adalah amat pentingnya keterjagaan yang disertai dengan kewaspadaan dari serangan yang dikendalikan oleh tangan-tangan tersembunyi yang dibaliknya memiliki tujuan menciptakan pemisahan yang buruk antara ulama dengan mujahidin. Dan di antara hal itu adalah mencap para ulama ‘amilin sebagai qo’idun dan mutakhadzilun (yang mundur diri) dari jihad, padahal sesungguhnya seluruh mujahidin itu telah keluar lahir dari pangkuan para ulama itu dan dari kitab-kitab serta tulisan-tulisan para ulama itulah mereka telah mengambil sandaran keabsahan jihad mereka…
Dan kalau tidak begitu realitanya, maka siapa orangnya yang mengingkari keutamaan tulisan-tulisan Al Ustadz Sayyid (Quthub) -semoga Allah menerimanya dalam barisan syuhada- yang rabbaniyyah yang menelanjangi jahiliyyah modern dan menjabarkan kepada manusia mafhum al hakimiyyah dengan gambaran yang islamiyyah salafiyyah yang terang yang beliau berikan sebagai bayaran baginya kehidupan beliau rahimahullah ta’ala? Dan siapa yang mengingkari keutamaan tulisan-tulisan para syaikh at tauhid wal jihad yang ditawan di penjara-penjara para thaghut kafir asli dan murtad -seperti Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisiy yang ditawan di penjara-penjara para thaghut Yordania, dan seperti Syaikh Abu Qatadah Al Filisthiniy yang ditawan di penjara “Belmarsh” di Inggris salibis, dan seperti Syaikh Abdul Qadir Ibnu Abdil Aziz yang ditawan di penjara para thaghut Mesir- dan begitu juga tulisan-tulisan Asy Syaikh Al Fadlil Abu Bashir Ath Thurthusiy semoga Allah ta’ala menjaganya dan menghalangi tangan setan-setan kafir darinya dan dari para ikhwannya dari kalangan ulama at tauhid wal jihad?
Sesungguhnya tulisan-tulisan para syaikh itu -semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepada mereka atas jasanya terhadap kami dan terhadap semua muwahhidin mujahidin- adalah memiliki pengaruh paling dominan dalam menyuburkan shahwah salafiyyah jihadiyyah mubarakah di Iraq, dimana kami telah melihat hal itu dengan sangat jelas.
Dan saya katakan -dengan tanpa basa basi atau berlebihan- sesungguhnya karena tulisan-tulisan mereka itu secara khususlah adanya pengaruh terbesar dalam membentuk bumi kami sebagai bumi jihadiyyah salafiyyah di negeri ini yang telah terpuruk dengan sebab pemerintahan kaum Bath yang murtad beberapa dekade yang sebelumnya juga pernah mengalami masa pemerintahan yang tidak lebih kecil kekafirannya, kezindiqannya dan kethaghutannya dari masa pemerintahan kaum Bath yang kafir kecuali beda sedikit saja…
Maka hendaklah semua mengetahui bahwa orang-orang yang memikul di atas pundak mereka beban tanggung jawab jihad di Iraq ini mereka telah terbina di atas tulisan-tulisan para imam yang tadi disebutkan, dan bahwa mereka itu seandainya mencukupkan diri terhadap apa yang mereka dapatkan dari ulama-ulama suu dan (ulama-ulama) kesesatan serta ulama-ulama yang pengecut dari menyampaikan al haq atau ulama-ulama yang menenggelamkan diri dan ilmu mereka dalam kesibukan di bidang buhuts (riset), pengkajian dan tahqiqat ilmiyyah yang tidak menusuk musuh dan tidak menyembuhkan orang yang sakit (pemahamannya) serta tidak menghilangkan orang yang dahaga dan juga tidak membina generasi rabbaniy, akan tetapi tujuan di dalamnya adalah mengalirnya harta kepada mereka yang tidak menambah diri mereka kecuali keberpegangan kepada dunia mereka yang fana, maka laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adhim…
Dan saya tidak ingin panjang lebar berbicara kepada kalian -wahai ikhwani al muwahhidin al mujahidin- akan tetapi masalah ini adalah masalah yang sangat rentan (berbahaya) bila kita mendiamkannya dan kita biarkan orang yang ada penyakit di dalam hatinya menciptakan tembok-tembok pemisah rekaan yang sama sekali tidak ada hakikatnya di antara kita dengan ulama-ulama kita..
Dan sesungguhnya kami di bumi jihad Iraq mengimani dengan keimanan yang pasti bahwa Ath Thaifah Al Manshurah itu adalah thaifah ilmu dan jihad, dan bahwa sesungguhnya al ulama al ‘amilin (tadi) itu adalah termasuk golongan yang terjun dalam kancah pertempuran (an nafirin). Dan tanpa keberadaan peranan mereka itu yang oleh sebagian orang dicap sebagai qa’idun maka berantakanlah untaian kalung itu
,
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” [At Taubah: 122]
-begitulah syaikh kami yang tertawan Abu Muhammad Al Maqdisiy fakkallahu asrah mengisyaratkan di dalam tulisan “Al Waqafat”nya yang sangat berharga dan bermanfaat lagi mengesankan-
Dan setiap upaya untuk memisah antara ilmu dengan ‘amal, dan antara dakwah dengan jihad; adalah upaya yang sudah dipastikan mendapatkan kegagalan yang fatal dan kematian yang mengenaskan sebelum ia dilahirkan.
Ya Allah, jagalah ulama-ulama kami, panjangkanlah umur mereka, baikanlah amalan mereka, jadikanlah mereka bermanfaat, jadikanlah mereka sebagai menara-menara bagi petunjuk dan lemparan-lemparan bagi musuh, dan bebaskanlah orang yang ditawan di antara mereka dengan kebebasan yang segera lagi tidak ditangguhkan, serta terimalah orang yang terbunuh di antara mereka di medan-medan pertempuran atau di tangan para thaghut di barisan syuhada-Mu dengan karunia rahmat-Mu Ya Arhamarrahimin….
Wa aakhiru da’waanaa anil hamdu lillaahi rabbil ‘aalamin
منبر التوحيد والجهاد
www.tawhed.ws
www.almaqdese.com
www.alsunnah.info
selesai diterjemahkan 22 Dzul Qa’dah 1432 H
Alih Bahasa : Ustadz Abu Sulaiman
Mu’taqal Markaz Asy Syurthah – Jakarta Al Gharbiyyah
Source : shoutussalam.com