KREMLIN (Arrahmah.com) – Kepala Dewan Mufti Rusia sekaligus Ketua Majelis Ulama Ravil Gaynutdin melayangkan surat perlindungan berjilbab kepada Presiden Vladimir Putin. Gaynutdin meminta orang nomor satu di Rusia tersebut untuk ikut membela hak Muslimah Rusia untuk memakai jilbab di sekolah-sekolah, sebagaimana dilansir Muslim.ru pada Rabu (4/2/2015). Permintaan ini dipicu oleh rencana peninjauan terhadap isu pemakaian jilbab di sekolah oleh Mahkamah Agung Rusia dalam waktu dekat ini.
Pada surat tersebut, Gaynutdin menulis bahwa jilbab bukanlah bentuk esklusifitas Islam ataupun sesuatu yang mengundang kontroversi agama. Ia mengatakan bahwa kain penutup kepala sudah dipakai oleh kaum perempuan dari penganut agama yang beragam selama berabad-abad.
Gaynutdin menceritakan pengalamannya di daerah Chechnya dan Tatarstan, lansir RHBTI. Menurutnya, tidak adanya intervensi pemerintah setempat terkait isu penutup kepala bagi para siswi di sana mempunyai efek positif.
Sang Mufti berpendapat, larangan penggunaan jilbab di sekolah-sekolah ini terkait dengan adanya pengaruh dari pihak asing.
Rusia juga dikatakan Gaynutdin sebagai pemimpin perlindungan nilai-nilai tradisi dalam skala internasional. Menurutnya, Rusia secara vokal melindungi nilai-nilai tradisi dari masuknya pseudo-demokrasi, atau lebih tepatnya sekularisme agresif dari Eropa dan Amerika Utara.
“Ketidaksabaran, antidemokrasi, dan ketidakhormatan terhadap tradisi persahabatan masyarakat di Eurasia, yang berasal dari luar, berusaha masuk ke kami melalui isu penggunaan jilbab. Isu tersebut kemudian dipolitisasi di dalam ‘rumah tangga’ Rusia,” tulis Gaynutdin.
Sebelumnya, Presiden Vladimir Putin sudah berulang kali menyatakan penentangannya terhadap penggunaan jilbab di lingkungan sekolah. Dalam pertemuannya dengan angota Front Masyarakat Seluruh Rusia pada Oktober 2012 silam, Putin bahkan menyatakan, “Kita adalah negara sekuler, dan justru dari situlah kita harus berpijak.”
Dalam sebuah siaran langsung pada April 2013, Putin mengatakan bahwa di Rusia tidak ada tradisi penggunaan jilbab. “Tentu saja terdapat ciri khas tertentu di republik-republik nasional Rusia. Namun, itu adalah sebuah praktik (keagamaan) yang melekat pada agama tertentu. Baik di negara maupun di wilayah-wilayah Muslim kami tidak pernah ada tradisi seperti itu,” ujar sang presiden. (adibahasan/arrahmah.com)