Jogjakarta (arrahmah.com) – Majelis Mujahidin kini tampil dengan wajah baru. Setelah delapan tahun bergerak dalam kancah perjuangan penegakan Syari’at Islam di bawah kepemimpinan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir, kini Majelis Mujahidin di pimpin oleh sosok baru.
Setelah melewati prosesi-prosesi kongres, mulai dari diskusi-diskusi panel sampai dengan sidang-sidang akhirnya terpilihlah Drs. Muhammad Thalib sebagai Amir ke-II majelis yang bermarkas pusat di Yogyakarta ini.
Naiknya sosok Muhammad Thalib sebagai penerus pucuk pimpinan Majelis Mujahidin telah diperkirakan oleh banyak pihak, karena sosok kelahiran Surabaya 60 tahun silam ini adalah Wakil Amir I ketika Ustadz Abu Bakar Ba’asyir selaku Amirnya. Bahkan ketika Ustadz Abu Bakar Ba’asyir mengundurkan diri beberapa minggu sebelum digelarnya kongres, Muhammad Thalib yang tampil menggantikan untuk menjaga stabilitas organisasi. Loyalitas tokoh ini terhadap organisasi juga tidak diragukan oleh jajaran pengurus inti Majelis Mujahidin, hal itu terbukti dengan kian berkembangnya Majelis Mujahidin ketika Ustadz Abu Bakar Ba’asyir menjalani hari-hari di balik jeruji besi menjadi tahanan polisi. Demikian juga dengan kemampuannya yang sering dijadikan rujukan fatwa.
Dalam pidato pengukuhannya, Muhammad Thalib menegaskan untuk kian membawa Majelis Mujahidin menjadi organisasi yang konsisten memperjuangkan tegaknya Syari’at Islam. “Kita akan bawa Majelis Mujahidin menjadi organisasi yang berkarakter, tidak akan pernah tunduk terhadap kemauan orang lain. Ukuran segala yang dilakukan oleh Majelis Mujahidin adalah Syari’at Islam, apapun konsekuensinya”, papar alumni Universitas Islam Indonesia ini.
Amir Majelis Mujahidin Baru, Drs. M Thalib Sedang Berbincang-bincang Bersama Senior Gatra, Herry Muhammad Usai Kongres.
Mengakhiri pidato pengukuhannya, Muhammad Thalib menyisipkan do’a, “Semoga kepercayaan yang saudara-saudara untuk memimpin Majelis Mujahidin menjadi ajang khusnul khotimah saya. Dan semoga saya senantiasa diberi hidayah oleh Allah untuk bersama-sama dengan saudara-saudara memperjuangkan tegaknya Syari’at Islam di bumi Indonesia yang kita cintai ini”. “Saya tentu bukan apa-apa tanpa saudara-saudara, oleh karenanya mari kita berjuang bersama, apakah nantinya kita bisa menyaksikan keberhasilan kita atau tidak”, sambungnya dengan terbata-bata menahan air mata haru.(prince/arrahmah.com)