YOGYAKARTA (Arrahmah.com) – Majelis Mujahidin mengajak PP. Muhammadiyah untuk melakukan uji sahih terhadap tafsir at-Tanwir juz 1. Hal ini setelah tim Majelis Mujahidin menelaah Tafsir at-Tanwir Juz 1 yang dikeluarkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan disusun oleh Tim Majelis Tarjih
Dalam suratnya kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah Cq. Ketua Tim Penyusun Tafsir at-Tanwir Juz 1 Majelis Tarjih dan Tajdid PP. Muhammadiyah, yang juga diterima redaksi Arrahmah.com, Majelis Mujahidin memberi gambaran awal tentang kejanggalan pernyataan terkait penciptaan Adam di dalam Tafsit at-Tanwir.
- Halaman 20 tertulis: “Allah menjelaskan penciptaan Adam sama seperti penciptaan Isa” (Qs. Ali Imran 3:59). Penyusun melakukan qiyas bathil atau analogi kacau, karena Adam sebagai pihak yang lebih dahulu diciptakan dari pada Isa, tetapi dalam logika penyusun yang dijadikan pokok analogi justru Isa yang keberadaannya sesudah Adam. Analogi kacau semacam ini tidak mungkin terjadi kecuali terhadap mereka yang tidak mengerti hukum logika atau dalam ushul disebut kaidah hukum qiyas.
- Pada halaman 29 tertulis: “Oleh karena itu, orang tua Adam adalah manusia yang belum sampai derajat kecerdasan tinggi sebagaimana “keinginan” Allah untuk dijadikan sebagai khalifah di bumi”. Adam dikatakan mempunyai leluhur (orang tua), dalil apa yang dipakai penyusun. Apakah logika, sejarah atau ilmu genetika (silsilah keturunan)? Jika berdasarkan logika, apakah logika faktual dan realistis, perkiraan atau hayalan? Karena masalah penciptaan Adam kita ketahui dari wahyu, bukan dari sejarah, bukan juga dari dongeng yang dibuat berdasarkan hayalan.
- Dalam penciptaan Adam adakah Allah mempersaksikan kepada manusia sebagaimana Allah menciptakan Nabi Nuh yang kelahirannya disaksikan oleh masyarakat sekitarnya, juga nabi-nabi yang lain. Dalam kasus nabi Adam, apakah sama dengan manusia lainnya yang kelahirannya disaksikan oleh manusia lain?
- Sumber yang kita ketahui tentang penciptaan Adam dan perjalanan hidup selanjutnya hanyalah dari Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah Saw. Oleh karena itu bisakah tim penyusun menunjukkan nas Al-Qur’an dan Hadits lain yang mendukung anggapan tersebut?
- Nabi Isa memiliki orang tua (ibu tanpa bapak) dengan tegas disebutkan di dalam Al-Qur’an surat Maryam, 19:32 yang artinya: “Aku diperintahkan untuk berbuat baik kepada ibuku, dan Tuhanku tidaklah menjadikan aku sebagai seorang pendurhaka lagi celaka”. Jika penciptaan Adam seperti Isa, dapatkah penyusun menunjukkan adanya doa Nabi Adam yang mendoakan kebaikan untuk ibunya, kalau memang dia mempunyai ibu. Karena mendoakan orang tua itu biasa dilakukan oleh para Nabi.
- Penyusun mengakui bahwa tidak ada keterangan mengenai penciptaan Adam mempunyai ibu, tetapi penyusun memperkirakan Adam itu mempunyai orang tua (ibu) seperti Nabi Isa. Penciptaan Adam itu termasuk kategori ghaib ataukah zhahir. Jika penciptaannya zhahir, siapa yang menyaksikannya? Dan jika hal itu ghaib, maka terhadap hal yang ghaib Allah menyatakan tidak ada yang mengetahui perkara ghaib kecuali Allah Swt. Perkiraan dan dugaan terhadap yang ghaib termasuk kategori dusta alias bohong, seperti dinyatakan Allah sebagai perbuatan Rajman bil Ghaib (Qs. Al-Kahfi 18:22).
- Paham yang dikemukakan penyusun ini mirip dan senada (derivasi) dari paham rahib Yahudi yang menemui Rasulullah Saw untuk menanyakan kelahiran Nabi Isa dari seorang ibu tanpa ayah. Lalu si Yahudi menyimpulkan sendiri bahwa ayah Isa adalah tuhan. Adakah korelasi antara pemikiran Yahudi dengan paham yang dikembangkan tim penyusun?
Demikian Surat Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin yang diteken Ketua Umum Irfan S. Awwas Sekum M. Shabbarin Syakur dan menyetujui Drs. Muhammad Thalib Amirul Mujahidin.
(azmuttaqin/arrahmah.com)