WASHINGTON (Arrahmah.id) — Majalah politik dan kebijakan luar negeri AS, Foreign Affairs pada Sabtu (22/6/2024), mengeluarkan laporan bahwa kelompok perlawanan Palestina Hamas saat ini lebih kuat dibandingkan pada 7 Oktober 2023.
“Perjuangannya lebih populer dan daya tariknya lebih kuat dibandingkan sebelum 7 Oktober 2023,” tulis majalah tersebut, dikutip dari Tehran Times (22/6).
“Setelah sembilan bulan perang yang melelahkan, sekarang saatnya untuk mengakui kenyataan pahit, tidak ada solusi militer untuk mengalahkan Hamas,” tulis majalah tersebut.
Ditambahkan juga kalimat penegas bahwa Hamas tidak kalah atau berada di ambang kekalahan.
Laporan tersebut juga mencatat, Israel telah menginvasi Gaza utara dan selatan dengan mengerahkan 40.000 tentara tempurnya. Pasukan zionis telah memaksa 80 persen populasi mengungsi warga Palestina di Gaza mengungsi.
Militer Israel (IDF) juga telah menewaskan lebih dari 37.000 orang, dan menjatuhkan sedikitnya 70.000 ton bom di wilayah Gaza. Jumlah bom tersebut melebihi gabungan bom yang dijatuhkan di Kota London, Dresden, dan Hamburg sepanjang Perang Dunia II.
Serangan Israel ini menghancurkan atau merusak lebih dari separuh bangunan di Jalur Gaza, dan membatasi akses wilayah tersebut terhadap air, makanan, dan listrik, sehingga seluruh penduduknya berada di ambang kelaparan.
Menurut majalah tersebut, meskipun banyak pengamat menyoroti tindakan Israel yang tidak bermoral, para pemimpin negara itu secara konsistensi menyatakan bahwa tujuan mengalahkan Hamas dan melemahkan kemampuannya untuk melancarkan serangan baru terhadap warga sipil Israel harus didahulukan dibandingkan segala kekhawatiran mengenai kehidupan warga Palestina.
“Hukuman terhadap penduduk Gaza harus diterima sebagai hal yang diperlukan untuk menghancurkan kekuatan Hamas,” tulis majalah tersebut.
Foreign Affairs kemudian menyatakan, kelemahan utama dalam strategi Israel bukanlah kegagalan taktik atau penerapan pembatasan kekuatan militer, seperti halnya kegagalan strategi militer Amerika Serikat di Vietnam. Juga tidak ada hubungannya dengan kemampuan teknis pasukan Israel.
Sebaliknya, kegagalan utama Israel menghabisi Hamas adalah kesalahpahaman besar mengenai sumber kekuatan milisi Palestina tersebut.
“Yang sangat merugikannya adalah Israel gagal menyadari bahwa pembantaian dan kehancuran yang terjadi di Gaza hanya membuat musuhnya semakin kuat,” tulisnya.
“Meskipun mengalami kekalahan, Hamas secara de facto masih menguasai sebagian besar wilayah Gaza, termasuk di wilayah konsentrasi warga sipil,” tambahnya.
“Menurut penilaian Israel baru-baru ini, Hamas sekarang memiliki lebih banyak pejuang di wilayah utara Gaza, yang direbut IDF pada musim gugur dengan mengorbankan ratusan tentara, ”tulisnya.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa Hamas, masih bisa menyerang Israel, dan kemungkinan memiliki sekitar 15.000 pejuang yang dimobilisasi. Jumlah tersebut kira-kira sepuluh kali lipat jumlah pejuang yang melakukan serangan 7 Oktober 2023 lalu.
Kemudian, lebih dari 80 persen jaringan terowongan bawah tanah milik milisi tersebut masih dapat digunakan untuk perencanaan, penyimpanan senjata, dan menghindari pengawasan, penangkapan, dan serangan Israel.
“Selain itu, sebagian besar pimpinan tertinggi Hamas di Gaza tetap utuh,” lapor mereka.
Majalah tersebut menjelaskan bahwa pengeboman dan invasi darat Israel di Jalur Gaza tidak menyebabkan penurunan dukungan rakyat Palestina.
“Dukungan terhadap serangan bersenjata ke warga sipil Israel tampaknya meningkat terutama di kalangan warga Palestina di Tepi Barat, yang menunjukkan bahwa Hamas telah memperoleh kemajuan besar di masyarakat Palestina sejak 7 Oktober,” tulisnya.
Seorang pejabat AS mengatakan kepada televisi CBS bahwa Israel masih belum mencapai tujuannya untuk menghancurkan Hamas, mengingat kurangnya rencana Israel terhadap perang di Gaza.
Bahkan juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengakui kesulitan pasukannya menghancurkan Hamas.
“Urusan menghancurkan Hamas, membuat Hamas menghilang, hanya melemparkan pasir ke mata masyarakat,” katanya.
Ia menambahkan bahwa milisi tersebut akan tetap menguasai Jalur Gaza kecuali Israel mengembangkan sesuatu yang lain. (hanoum/arrahmah.id)