ANKARA (Arrahmah.id) – Pada Selasa malam, 25 Juli, sebuah pertemuan diadakan antara Presiden Palestina Mahmoud Abbas dari Fatah dan lawannya Ismail Haniyeh, pemimpin Hamas, yang memerintah jalur Gaza di Ankara.
“Pertemuan itu dilakukan sebagai hasil dari permintaan resmi yang dikeluarkan kepada Presiden Palestina untuk membahas masalah internal Palestina, terutama di Tepi Barat dan Gaza, serta konflik yang sedang berlangsung dengan “Israel”,” kata pejabat senior Fatah dan Hamas kepada The New Arab.
Pertemuan tersebut bertujuan untuk menjembatani pandangan antara kedua pihak, sebelum pertemuan Sekjen fraksi di Kairo pada akhir Juli, menurut para pejabat.
“Selama pertemuan dengan saudara-saudara kita di Fatah, kami berkonsultasi tentang beberapa masalah yang berkaitan dengan kebuntuan nasional Palestina dan tantangan yang dihadapi perjuangan Palestina,” Mousa Abu Marzouk, seorang pejabat senior Hamas, mengatakan dalam sebuah pernyataan pers.
Hamas sangat ingin bertemu dengan semua pihak di arena nasional Palestina, katanya dan menunjukkan bahwa pertemuan itu akan membahas visi gerakannya untuk keberhasilan penunjukan sekretaris jenderal.
Demikian pula, dia berharap menemukan posisi nasional bersama di mana upaya Palestina akan disatukan “untuk menghadapi bahaya yang ditimbulkan oleh musuh “Israel”.”
“Menghentikan kebijakan menangkap para pejuang perlawanan adalah puncak formula nasional ini, dan kebutuhan untuk membebaskan mereka karena mereka adalah garis depan dalam membela rakyat Palestina,” tegasnya.
Beberapa hari lalu, Hamas mengadakan beberapa pertemuan politik dengan komponen bangsanya, termasuk partai dan elit, untuk mendengarkan pandangan dan gagasan mereka serta mengembangkan formula praktis dan patriotik, menurut Abu Marzouk.
Pertemuan lain akan diadakan antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan presiden Otoritas Palestina Abbas pada Rabu, 26 Juli, di hadapan delegasi Hamas yang dipimpin oleh Haniyeh.
Hussam al-Dajani, seorang analis politik yang berbasis di Gaza, mengatakan kepada TNA bahwa “pertemuan itu akan menjadi titik balik dalam masalah Palestina, terutama karena Fatah dan Hamas menyadari bahaya seputar tujuan kita karena pendudukan “Israel”.”
“Pertemuan itu akan memberi Palestina harapan untuk keberhasilan pertemuan sekretaris jenderal sebelumnya, yang diadakan di Libanon beberapa tahun lalu,” tambah al-Dajani.
Al-Dajani berpendapat bahwa hasil pertemuan tersebut dapat meletakkan dasar bagi konsensus nasional tentang strategi dan visi nasional untuk tahap selanjutnya.
Namun, gerakan Jihad Islam Palestina, gerakan kekuatan militer kedua di Gaza, mengumumkan posisinya pada pertemuan sekretaris jenderal, dengan sekretaris jenderal gerakan, Ziyad al-Nakhala, menetapkan syarat yang jelas sebelum berpartisipasi di dalamnya.
“Kami tidak akan pergi ke pertemuan sekretaris jenderal di Kairo sebelum pembebasan saudara mujahidin kami di penjara Otoritas Palestina,” katanya. (zarahamala/arrahmah.id)