KUALA LUMPUR (Arrahmah.com) – Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, pada Kamis (29/10/2020) menyebut Presiden Prancis Emmanuel Macron “primtif” karena menyalahkan Islam dan umat Muslim atas pemenggalan kepala seorang guru sekolah di pinggiran kota Paris awal bulan ini.
Dia juga menambahkan bahwa Prancis harus mengajari warganya untuk menghormati agama dan perasaan orang lain.
Menyinggung pernyataan presiden Prancis, dia mencatat bahwa Macron bukanlah orang yang beradab.
“Dia sangat primitif saat menyalahkan agama Islam dan Muslim atas pembunuhan guru sekolah yang telah menghina Nabi,” kata Mahathir, sebagaimana dilansir Anadolu Agency.
Meskipun dia tidak setuju dengan aksi pembunuhan Samuel Paty, yang dibunuh oleh seorang anak berusia 18 tahun asal Chechnya, dia menekankan bahwa menghina orang lain dan agama mereka tidak bisa dilihat sebagai kebebasan berekspresi.
“Pembunuhan bukanlah tindakan yang saya setujui sebagai seorang Muslim, tetapi Anda tidak dapat menghina seorang pria dan mengutuknya hanya karena Anda percaya pada kebebasan berbicara,” tambahnya.
“Namun, karena Anda telah menyalahkan semua Muslim dan agama Islam atas apa yang dilakukan oleh satu orang yang marah, maka umat Muslim memiliki hak untuk menghukum Prancis,” kata Mahathir, merujuk pada kampanye boikot di banyak negara terhadap produk Prancis, meskipun dia menambahkan bahwa itu tidak dapat mengkompensasi kesalahan Prancis sepanjang sejarah.
Awal bulan ini, Macron menggambarkan Islam sebagai “agama yang berada dalam krisis di seluruh dunia” dan mengumumkan rencana untuk membuat undang-undang yang lebih keras untuk menangani “separatisme Islam” di Prancis.
Ketegangan meningkat pada 16 Oktober setelah pembunuhan Paty, seorang guru sekolah menengah yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad yang menghujat di salah satu kelasnya tentang kebebasan berekspresi.
Macron membela karikatur itu, dengan mengatakan bahwa Prancis “tidak akan menyerahkan kartun kami”.
Kartun menghina oleh Charlie Hebdo, majalah mingguan Perancis, juga diproyeksikan pada gedung-gedung pemerintahan di beberapa kota.
Sejak itu, muncul kecaman internasional dan seruan untuk memboikot produk Prancis serta protes di berbagai belahan dunia Muslim. (rafa/arrahmah.com)