JAKARTA (Arrahmah.com) – Media internet sudah menjadi tempat tukar menukar informasi dan ideologi para jihadis, ini sangat berbahaya, ungkap Elis Z. Anis (tanda merah) seorang mahasiswi program S3 studi agama dan lintas budaya UGM kepada forum Konferensi Media Islam Internasional II di Hotel Sultan, Jakarta (13/12).
Menurut Elis ketika dikonfirmasi arrahmah.com dari hasil bacaannya ketika mengambil mata kuliah media Islam, ia merujuk bukunya Robert Hefner mengatakan organisasi Jihad di Indonesia banyak menggunakan internet.
“Dalam buku itu dikatakan para jihadis sangat kuat menggunakan teknologi baru dibanding ormas Islam semacam NU dan Muhammadiyah.” kata aktivis Indonesian Consorsium for Religius Studies UGM.
Lebih dari itu, menurut Elis mempersoalkan propaganda jihadis di dunia tidak bertentangan dengan freedom of speech dan expression karena mereka dianggap menyebarkan pesan-pesan fundamentalisme dan pandangan yang berbeda dengan “Islam sebenarnya”.
“Jika banyak pesan-pesan radikal dan pesan yang mengganggu pemuda dalam memandang Islam sebenarnya itukan menjadi problem.” tuturnya.
Dan menjadi masalah adalah ketika internet menjadi tempat hated massages yang membuat orang menjadi benci, jelas Elis, terlebih kepada non-muslim.
Tidak hanya mempersoalkan penggunaan internet oleh para jihadis, Elis juga menyerang Suara Islam Online sebagai penyebar kebencian dan jahat.
“Seperti Suara Islam yang tidak mencerminkan Islam sebenarnya.” lontarnya.
Ia mencontohkan beberapa kata-kata dalam artikel Suara Islam yang berbeda dengan fakta di masyarakat.
“Saya membacanya dalam beberapa tulisannya, yang menyatakan umat kafir tidak beragama, dan dengan kekafirannya mereka hendak menguasai dunia. Padahal di Amerika atau Eropa itu beragama, mungkin Kristen atau Budha.” kata Elis.
Suara Islam dianggap tidak mencerminkan Islam sebenarnya, itu nampak dalam merangkai bahasa dalam tulisannya.
“Dalam pilihan kata atau diksi tidak mencerminkan dakwah Islam yang seharusnya dengan bahasa-bahasa yang damai.” pungkas Elis.
Namun Elis tidak sadar, bahwa propaganda kaum zionis dan Neoliberalisme kuffar lebih berbahaya bahkan menghegemoni bukan saja di jaringan Internet, tetapi juga melalui media cetak dan elektronik serta sudah memasuki alam fikiran anak-anak kaum muslimin.
Berita-berita yang disyiarkan oleh media Islam, masih lebih berhati-hati dibanding berita yang dilansir oleh media barat dan zionis yang tidak menerapkan prinsip tabayyun (klarifikasi).
Dan sebaiknya, kita kaum muslimin mendukung perkembangan media Islam yang menjadi alternatif informasi serta perlawanan terhadap hegemoni nilai-nilai barat di jagat informasi.
Wallahu a’lam bish showab.
(bilal/arrahmah.com)