SAMARINDA (Arrahmah.com) – Puluhan mahasiswi di Samarinda, Kalimantan Timur, yang tergabung dalam Aliansi Perempuan Peduli Bangsa (APPB) menyerukan aksi sehari tanpa televisi.
Seruan tersebut disampaikan pada aksi unjuk rasa dalam rangkaian peringatan Hari Anak Nasional yang dilakukan sekitar 50 mahasiswi di Simpang Empat Mall Lembuswana, Samarinda, Senin sore (25/7/2011).
Selain menggelar orasi secara bergantian dan membentangkan spanduk berisi imbauan kepada masyarakat untuk melakukan aksi sehari tanpa televisi, pengunjuk rasa juga membagi-bagikan selebaran kepada para pengguna jalan.
“Sebagai media utama dalam memberikan informasi dan hiburan kepada masyarakat televisi juga dapat menjadi merusak moral anak-anak yang merupakan tumpuan masa depan bangsa Indonesia,” ungkap Humas aksi unjuk rasa APPB Faridamiaty.
Walaupun dilakukan persis di tengah jalur utama Kota Samarinda, namun aksi unjuk rasa yang terlihat tanpa pengawalan polisi tersebut tidak sampai mengganggu arus lalu lintas.
“Hari tanpa televisi bukan berarti anti televisi tetapi kami hanya menyerukan kepada orang tua agar menghindarkan anaknya menonton televisi selama satu hari saja. Seruan ini kami maksudkan untuk memberi ruang kepada anak-anak agar bisa kritis terhadap tayangan televisi yang tidak bermutu bahkan justru membodohi serta berbagai siaran yang tidak sehat dan terkesan mempertontonkan sadisme, pornoaksi serta konsumerisme,” katanya.
Seruan hari tanpa televisi itu juga, kata Faridamiaty, dimaksudkan untuk mengetuk kesadaran pengelola stasiun televisi agar memberikan tayangan yang aman bagi anak-anak.
“Pengelola televisi juga harus tanggung jawab agar tidak hanya mengejar rating tetapi harus mempertimbangkan aspek perlindungan anak, yakni dengan memberikan tayangan yang cerdas dan sehat sehingga anak-anak mendapatkan haknya untuk memperoleh hiburan dan tontonan yang berkualitas sesuai Undang-undang Perlindungan Anak dan Konvensi Hak anak,” katanya.
“Kami juga tidak mengenyampingkan dampak positif dari siaran televisi itu salah satunya sosok panutan. Namun kami menilai sebagian besar tayangan televisi itu justru tidak mendidik sehingga juga sangat diperlukan pendampingan dari orang tua agar memberikan pemahaman kepada anaknya terkait jenis tontotan yang layak bagi mereka,” ungkap Faridamiaty.
Setelah menyampaikan orasi dan membagi-bagikan selebaran, pengunjuk rasa akhirnya membubarkan diri dengan tertib.
“Seruan ini tidak hanya berhenti pada rangkaian Peringatan Hari Anak Nasional tetapi kami akan terus menggelorakan ajakan kepada masyarakat untuk selektif memilih tayangan televisi. Kasus pengeroyokan pelajar SMP di Samarinda pekan lalu merupakan salah satu dampak buruk tayangan televisi sehingga hal itu mestinya menjadi pelajaran berharga bagi kita semua,” kata Faridamiaty. (komp/arrahmah.com)