ABERDEEN (Arrahmah.com) – Anda pernah merasakan puasa 20 jam sehari? Jika belum, insyaa Allah pengalaman Aida Sue, mahasiswi Malaysia di Aberdeen Skotlansia, berikut dapat kita jadikan hikmah di Ramadhan 1436 H ini.
Pada laman pribadinya, TheAidaSue.com. Aida yang kini sedang studi di University of Aberdeen, Skotlandia menuturkan kisahnya.
Alhamdulillah, saya telah diberikan peluang oleh Allah subhanahu wata’ala untuk menimba pengalaman berpuasa di luar negara buat kali kedua.. dan ini sebenarnya adalah tahun ke-5 saya berpuasa di luar Malaysia. Tetapi pengalaman kali ini lain sedikit karena saya berpuasa selama 20 jam di sini.
Hari ini hari kedua saya berpuasa di Aberdeen, Scotland. Lokasi Aberdeen ini boleh dikatakan paling utara di United Kingdom dan latitudenya lebih tinggi berbanding kota Moscow, Russia. Waktu berpuasa di Aberdeen dimulai sekitar pukul 2 pagi hingga 10 malam. Jadi waktu berpuasa di sini adalah sekitar 19 jam sampai 20 jam.
Sebelum itu, saya akan informasikan sedikit mengapa waktu berpuasa di negara yang hampir dengan kutub utara lebih panjang.
Pada musim panas, matahari selalu ada di atas cakrawala Kutub Utara, memutari Kutub sekali setiap hari. the sun is always above the horizon at the North Pole, circling the Pole once every day. Ia berada di langit tertinggi Summer Solstice, kemudian bergerak mendekati cakrawala, hingga tenggelam di bawah cakrawala, di ufuk Fall Equinox.
Ini karena pada musim panas, Kutub Utara condong ke arah matahari. Sementara saat musim dingin, ia condong menjauh dari matahari. Jadi, waktu siang lebih panjang, sekitar 17-23 jam pada musim panas. Dan dalam waktu 10-15 tahun dari sekarang, Ramadhan akan jatuh pada musim dingin, jadi waktu berpuasa juga akan menjadi semakin pendek di negara berdekatan Kutub Utara.
Setiap tahun, Ramadhan dimulai 11 hari lebih awal dari tahun sebelumnya. Proyeksi asronomikal selalu dapat memperkirakan kapan dimulainya waktu pertama Ramadhan. Butuh 33 tahun dan 5 hari dari bulan Ramadhan (kalender komariyah) untuk menggenapkan 12 bulan pada kalender syamsiah (masehi).
Pengalaman berpuasa seorang diri di luar negeri
Banyak orang yang bertanya kepada saya, terutama mengenai tingkat lapar dan dahaga semasa berpuasa. Bagi saya, berpuasa di mana pun itu sama saja. Yang paling penting, mental kita harus siap siaga.
Untuk Ramadhan tahun ini, saya berpuasa seorang diri. Ya, seorang diri dan harus masak sendiri setiap hari. Disebabkan waktu berbuka puasa lebih kurang jam 10 malam, agak sukar sebenarnya pergi ke rumah orang berbuka puasa bersama pada waktu selarut itu.
Sedih? Tak boleh lah bilang begitu, tapi saya rasa saya ambil ini sebagai satu tantangan buat saya. Berpuasa seorang diri selama 20 jam selama sebulan. Saya pun sebenarnya tak sangka saya dapat melakukannya. We’ll see how it goes!
Selain itu, saya coba hindari menggunakan tenaga berlebihan dan karenanya saya sudah mempersiapkan stok makanan sepanjang puasa. Sementara, tantangan semacam malas puasa di negara lain juga ada dalam diri umat Islam dari negara lain, dengan alasan takut capai dan mereka akan menggantinya (meng-qadha) ketika mendekati musim dingin nanti, karena waktu siangnya yang pendek.
Jadi, saya bersyukur karena Allah atas nikmat Ramadan yang memang berbeda dengan apa yang saya pernah rasakan sebelum ini. Bagi saya, rugi kalau kita tak laksanakan, sebab kalau belum mencoba, ya belum tahu (bisa atau tidak)!
Tunangan saya berkata, stok makanan saya ini mirip persediaan untuk ‘end of the world’ atau persediaan mau pergi berperang. Bercanda juga sebenarnya, kalau dipikir-pikir ulang, ada betulnya juga. Memang bisa survive kalau ada apa-apa terjadi!
Semua ada, dari Milo sampai kaldu Maggi Malaysia. Sudah mirip toko kelontong. Sampai saya sendiri pun lupa barang apa yang saya bawa. Tidak keluar rumah sebulan pun tak apa kalau macam ni kan?
Saya rasa kalau di luar negeri, terutama jika pelajar yang sibuk dengan kegiatan kelas, bumbu instant Malaysia merek Brahim sangat membantu. Seperti saya, setiap bungkus saya bagi dua, jadi bisa dipakai makan dua kali. Itu rahasia saya berhemat!
Saya juga memastikan membuat bumbu dasar bikinan sendiri, seperti pasta cabai dan bawang, agar siap sedia ketika mau masak. Spaghetti juga bisa diberi bumbu dasar ini, apalagi saya suka memasaknya.
Harga barang makanan Asia
Harga makanan Asia di Aberdeen tidaklah murah seperti di Malaysia. Jadi ketika saya datang sekitar Januari lalu, saya simpan sedikit bekal makanan Malaysia untuk berpuasa. Contoh harga: kacang tanah 400gram / GBP1.50, bihun kering / GBP 1-2, ikan bilis 100gram / GBP 2, udang kering 100gram / GBP3. (Perkiraan 1 GBP = IDR. 17.000). Mahal bukan?
Cuaca & pengangkutan
Qadarallah, cuaca di Aberdeen ini agak dingin walaupun pada musim panas, kira-kira 16-18 derajat Celcius saja, jadi kegerahan tidak terasa. Cuma di sini saya banyak berjalan kaki, daripada naik angkutan umum. Sebab angkutan umum seperti bus, tiket ke satu tujuan mulai GBP 1.30 (kurang lebih IDR 26.000), dan tiket all day sekitar GBP 4 (IDR 68.000).
Biaya transportasi di UK memang mahal dibandingkan harga pakaian dan makanan. Kadang-kadang saya sanggup jalan kaki ke kota yang terletak kira-kira 6-7KM dari tempat tinggal saya.
Strategi Ramadhan 2015
Karena waktu malam hanya 4 jam, strategi menjadi amat penting agar menghindarkan diri kita terlalu lelah dan lapar dan recharge pada malam hari itu harus penuh. Jadi saya sudah membuat strategi bulan puasa ini sebagai berikut.
- 8 pagi – 5 petang ( 9 jam ) : Buat assignment dan pergi ke kelas / library untuk belajar.
- 5 petang – 7 malam ( 2 jam ) : Siapkan makanan untuk berbuka puasa ala kadarnya
- 7 malam – 9.30 malam ( 2 jam 30 minit ) : Tidur. Walaupun kadang-kadang susah sebab pada waktu ini perut sudah mulai lapar dan sensitif terhadap aroma makanan.
- 9.30 malam – 2 pagi ( 4 jam 30 minit ) : Ifthar/buka puasa, solat Maghrib, solat Isya’, solat Tarawih, sahur dan solat Subuh
- 2 pagi – 7 pagi : Tidur lagi.
Strategi makanan saya untuk sahur : wajib makan kurma 10 biji, buah tin (fig) 2-3 biji bersama susu coklat dan secangkir oat. Alhamdulillah sampai saat ini tahap lapar itu tidak menggila seperti saya di Malaysia dulu.
Hmm.. Agaknya kenapa? Saya cerita sedikit kisah buah kurma ini. Dulu saya paling tidak suka makan buah kurma, silakan tanya kepada keluarga saya.
Jadi pada satu Ramadkan tahun lalu, tunangan saya pernah bagi saya kurma, saya memang bersungguh-sungguh menolak, saya katakan, “kurma itu manis sekali, nanti kalau saya makan bisa pening kepala, sebab terlalu manis!”.
Sombong betul saya saat itu. Beberapa hari setelah itu, saya puasa seperti biasa. Dalam jam 3 sore, perut saya terlalu sakit disebabkan lapar.
Selama 2-3 hari saya begitu. Kemudian saya putuskan coba makan kurma di waktu sahur. Saya hanya makan 3 biji kurma dan air putih. Wallahi, selepas itu satu hari pun saya rasa tak lapar seperti sebelum-sebelum ini.
Saya termenung. “Dalam Quran sendiri sampai 20 kali menyebut tentang kurma ini, khasiatnya.. aku kok tak suka.” Hmmm.. Alhamdulillah, sekarang kurma sudah jadi jadi snack buat saya, sebab di dekat sini supermarket menjualnya dengan murah.
Buah-buahan dan sayur-sayuran (kaya dengan serat/fibre): buah-buahan dan sayur-sayuran adalah penting semasa berpuasa karena ia meningkatkan rasa kenyang dan membantu mencegah sembelit. Ia juga mengandungi vitamin, mineral dan fitokimia yang penting dan baik untuk kesehatan. Buah kurma adalah sumber gula, fiber, karbohidrat, kalsium dan magnesium yang baik!
Ini nikmat sesungguhnya dari berpuasa 20 jam
Waktu siang itu agak terasa lama sebenarnya. Kalau saya kirim pesan ke keluarga saya di Malaysia pada waktu Sahur di sana, waktu tu saya baru mau berbuka puasa.
Cuma saya ambil ini sebagai satu rezeki berbentuk pengalaman untuk saya yang Allah beri. Sebab tak semua orang berpeluang merasakan berpuasa sepanjang ini kan?
Refleksi diri: Saya rasa saat saya berada di sini, saya tidak lagi menikmati bazar Ramadhan, masakan ibu, restoran dan lauk pauk enak-enak di Malaysia. Jika saya pikir-pikir ulang, ada yang saya take for granted nikmat yang Allah beri semasa saya di Malaysia.
Saya mubazirkan lauk dan rezeki di bulan puasa, saya sanggup bayar makan buffet, saya kadang-kadang terlupa untuk pulang menengok orangtua dan berbuka puasa dengan ibu dan ayah. Sebab saya tahu saya punya semuanya dan bisa mendapatkan benda berlimpah itu kapan saja.
Tidak ada adzan. Kalau di Malaysia, ada adzan pun tetap sholat lambat-lambat, kadang ada juga dalam hati rasa kecewa bila dengar adzan (Kok sudah adzan lagi sih?). Padahal disini tidak ada siapa pun yang mengingatkan kita bila masuk waktu sholat, bahkan bila hendak buka puasa.
Semua dilakukan sendirian. Ini memang membuatkan saya betul-betul menyesal dan inilah saatnya saya Allah beri tahu supaya saya sentiasa bersyukur dengan rezeki yang dia beri.
Ibadah: Kalau dulu di Malaysia, saya tahu bahwa waktu malam itu panjang, jadi saya lalai dalam beribadah, saya tangguh-tangguhkan sebab saya tahu. “Eleh, banyak waktu untuk sholat Tarawih, banyak juga waktu untuk makan makanan yang tak habis itu”, padahal at the end, saya tak lakukan Tarawih itu. Dan makanan berlimpah itu dibuang keesokan harinya.
Karena waktu malam di sini cuma 4 jam, memang padat program saya sejak Ifthar, hingga ke Subuh. SAYA DAPAT NIKMATI BANGUN MALAM! Allah memang Maha Adil, walaupun Dia beri waktu berpuasa ini panjang, tapi nikmat bangun malam (qiyamullail) itu saya dapat.
Allah memang Menyayangi saya walaupun saya ini kadang-kadang tidak berbuat sesuai dengan apa yang Dia perintahkan. Dia juga beri kesempatan kepada saya “Aida, walaupun kamu ini malas mengerjakan apa Aku suruh, disebabkan Aku sayang kamu, Aku beri juga kesempatan agar kamu bangun malam di bulan Ramadhan ini.” Allah, malu betul saya dengan diri sendiri. Terima kasih Allah.
Tiada keringan: Di Malaysia, walaupun kami beragam suku-bangsa, kebanyakkan rakyat Malaysia yang beragama lain sudah mengerti apa itu Ramadhan, semua merasakan betapa meriahnya Ramadhan itu.
Sementara di sini tidak semua orang tahu tentang agama Islam, sebab nyatanya ini memang bukan negara Islam. Jadi orang yang berpuasa tidak punya keringanan seperti: pulang lebih awal, istirahat lebih panjang, pelayanan istimewa, kita dilayani sama saja seperti hari-hari biasanya.
Siang yang panjang: Dalam 20 jam itu, yang paling menarik adalah ketika saya pulang ke rumah pukul 9 malam dari kampus, langit itu tetap cerah. Saya diberi kesempatan untuk belajar dan mengulangkaji di kampus dengan lebih lama tanpa rasa takut pulang malam ke rumah dengan berjalan kaki.
Lebih menghargai: Saya belajar untuk menghargai setiap apa yang saya miliki. Saya rasa saya hidup lebih sederhana, hidup lebih tenang tanpa kusut kepala memikirkan tentang masalah kerja dan masalah dengan orang sewaktu saya di Malaysia.
Saya rasa puasa saya lebih terisi, walaupun saya berpuasa seorang diri dengan makanan yang ala kadarnya.
Nikmat Malam Lailatulqadar: Lailatul Qadar adalah satu malam yang khusus terjadi di bulan Ramadhan. Ayat-ayat Al-Qur’an diturunkan pada malam ini.
Jadi saya pikir, karena waktu malam cuma 4 jam disini, peluang saya untuk mendapat nikmat malam Lailatulqadar ini mungkin lebih baik kan?
Kalau dulu memang langsung tidur saja setelah Isya’ dan tarawih, kali ini saya pikir mungkin Allah beri saya peluang untuk coba dapat nikmat Lailatulqadar ini ( itupun kalau saya maintain bangun malam sampai habis Ramadhan ).. Doakan saya!
Kesimpulan
Berpuasa 10 jam atau 20 jam, tantangan dan nikmat berpuasa itu berbeda-beda. Walaupun saya berpuasa 20 jam, tetapi saya tahu Allah subhanahu wata’ala itu Maha Adil dan Penyayang.
Dia beri suhu dingin, malam yang pendek untuk berjaga malam dan mengajar kita untuk lebih mensyukuri nikmat-Nya. Kita tinggal memilih saja, mana yang terbaik (di mata Allah).
Kalau orang di negara yang sedang berperang dan rakyat di negara miskin mampu untuk menjamah sedikit makanan dengan suhu yang tidak sbersahabat setiap hari, apatah lagi dengan berpuasa 20 jam selama sebulan? (Tentu lebih mudah.)
Tuhan Maha Adil, percaya tu. Positif, positif, positif! Saya sangat suka Ramadhan kali ini. Walaupun saya berpuasa seorang diri selama 20 jam, saya merasakan hidup saya lebih terisi dan lebih bermakna.
“Barang siapa mendirikan puasa Ramadan dengan penuh keimanan dan kebaikan, maka akan diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari dan Muslim)
Sekian kisah yang saya bagi, salam Ramadhan semua. (adibahasan/arrahmah.com)