ROMA (Arrahmah.com) – Seorang pelajar asal Indonesia mengalami kejadian tak menyenangkan saat berada di Bandara Ciampino Roma, Italia. Adalah Aghnia Adzkia, mahasiswi yang sedang menempuh studi master Digital Journalism di Goldsmiths, University of London.
Kala itu, ia hendak mengambil penerbangan kembali ke London usai berlibur lima hari di Italia, Ahad (9/4/2017).
Lewat akun Facebook miliknya, ia mengaku kaget atas perlakukan petugas keamanan bandara yang memintanya untuk melepas jilbab ketika melewati metal detector.
Ketika Aghnia bertanya mengapa ia harus melepas jilbabnya, petugas keamanan malah memintanya untuk ikut ke private room. Dan ketika ia meminta petugas bandara untuk menunjukkan aturan hukum terkait itu, mereka menunjukkan tulisan berbahasa Italia dalam selembar kertas yang menurut petugas berisi aturan soal pengecekan untuk penumpang yang mengenakan jilbab.
“Saya terlibat adu mulut dengan petugas keamanan wanita tentang hukum terkait hal itu dan dia menunjukkan surat berbahasa Italia yang saya tak mengerti. Alih-alih menerjemahkan isi kertas itu untuk saya, dia terus bersikeras untuk memeriksa saya di ruang pemeriksaan,” tutur Aghnia mengawali ceritanya, sebagaimana dilansir Detik Forum.
Aghnia yang tak bisa berbahasa Italia kemudian meminta diberi kesempatan untuk menghubungi temannya di Italia, untuk mengartikan tulisan berbahasa Italia itu ke dalam bahasa Inggris. Namun permintaan Aghnia ditolak dan dia dibawa keluar dari area keamanan bandara.
“Saya bahkan tidak memiliki waktu satu menit untuk menelepon temanku,” tambahnya.
Suasana semakin memanas ketika seorang petugas keamanan laki-laki menyeret Aghnia keluar dari area pemeriksaan keamanan dengan cara yang tak senonoh.
“Saya mencoba untuk bernegosiasi lagi dengan mereka tentang legalitas yang bisa membuktikan aturan mengenai pengecekan penumpang berjilbab. Tapi seorang petugas perempuan malah membentak saya ketika saya hendah menyentuhnya,” lanjut Aghnia.
“Anda tidak bisa menyentuh saya!” teriak petugas perempuan tersebut.
“Kenapa? Apakah saya tidak aman?” kata Aghnia.
Petugas kemudian membalas Aghnia dengan nada tinggi. “Karena anda tidak aman. Anda bisa menyembunyikan sesuatu di rambut anda. Jika anda tidak membukanya, kami tidak akan tahu apa yang ada di dalam jilbab tersebut, oke? Anda tidak aman.”
“Buat saya, ini bukan soal saya menunjukkan kepala atau rambut saya (sekalipun itu di depan perempuan). Lebih dari sekadar itu: ini tentang hak dan martabat manusia,” ujarnya.
Menurut Aghnia, cara petugas bandara memperlakukan dirinya telah menunjukkan bahwa mereka tidak menghormati perempuan muslim yang mengenakan jilbab.
Aghnia kemudian memutuskan untuk mengambil penerbangan ke London lewat titik keberangkatan lain di Italia, yaitu bandara di Fiumicino.
Namun, selama pemeriksaan keamanan ia kembali mendapat perlakuan yang sama. Aghnia memutuskan untuk menuruti permintaan petugas dan membuka jilbabnya.
“Kali ini saya setuju untuk membuka jilbab karena saya ingin membuktikan kepada mereka bahwa saya tidak menyembunyikan apapun dan saya bukan teroris,” tegas Aghnia.
Namun kemudian Aghnia melihat dengan mata kepala sendiri bahwa aturan tersebut tidak legal. Lantaran dua biarawati yang mengenakan penutup kepala dibiarkan melewati pengecekan keamanan bandara tanpa diminta membukanya.
“Apakah ini yang disebut penanganan adil dan rasa hormat? Di manakah hak asasi saya sebagai manusia?” kata Aghnia, geram.
“Saya menyukai liburan saya di Roma, menjumpai orang-orang di sana sangat ramah. Saya hanya tak setuju dengan cara petugas bandara memperlakukan saya sebagai Muslim perempuan yang mengenakan hijab,” tutup Aghnia mengakhiri ceritanya.
Lewat pengalaman tak menyenangkan yang Aghnia alami, besar harapannya supaya perempuan muslim yang menggunakan jilbab dihormati dan tidak diperlakukan seperti teroris. (*/arrahmah.com)