KARNATAKA (Arrahmah.com) — Perguruan Tinggi milik pemerintah khusus perempuan di Udupi menyuruh mahasiswinya keluar dari kelas karena menggunakan jilbab. Larangan ini sudah berlangsung selama 4 hari.
Sebuah video menunjukkan mahasiswi Muslim berdiri di luar kelas setelah ditolak masuk karena mengenakan jilbab.
Kepala Sekolah Rudre Gowda mengatakan mereka akan diizinkan masuk jika mereka melepas jilbab mereka saat memasuki kelas. “Mereka bahkan bisa mengenakan burqa di lingkungan kampus, tetapi penggunaan jilbab dilarang di dalam ruang kelas,” kata kepala sekolah, seperti dilansir Maktoob Media (1/1/2022).
Berbicara dengan Maktoob, mahasiswi tahun dua, Almas berkata, “Ketika kami pergi ke kelas, kami dimarahi dan disuruh keluar dari kelas. Mereka malah menganggap kami bolos.”
“Dan ketika kami enggan untuk keluar kelas, seorang guru berkata, apakah kamu akan keluar atau haruskah saya mendorongmu keluar?,” tambah Almas.
Mahasiswi lain mengatakan senior mereka juga dirudung karena mengenakan jilbab.
“Guru biasa menarik jilbab dan memarahi kami dengan buruk. Bahkan kepala sekolah dan guru mengancam akan menindak tegas kami,” kata seorang siswa kepada Maktoob.
Mahasiswa Muslim di perguruan tinggi itu juga menghadapi diskriminasi dalam banyak hal. Mereka dilarang berbicara dalam bahasa Urdu atau memberi salam kepada mahasiswa Muslim lainnya di dalam kampus.
“Mahasiswi Hindu memakai gelang dan bindi. Diwali dan festival Hindu lainnya dirayakan di sekolah kami, jadi mengapa kami tidak boleh mengenakan hijab?” tanya Almas.
Ibu seorang mahasiswi memberi tahu Maktoob bahwa mereka dipanggil untuk rapat orang tua dan disuruh duduk di luar selama empat jam.
“Banyak orang tua juga dipersekusi. Puja bisa dilakukan di kampus tapi muslimah tidak boleh berhijab, kenapa? Jika ini bukan Islamofobia lalu apa?,” Almas bertanya keheranan.
Tidak sebatas itu, sebagian dosen juga memaksa gmahasiswi Muslim untuk berpartisipasi dan memegang bendera safron Hindu dan diminta untuk melantunkan Bharat Mata ki Jai. (hanoum/arrahmah.com)