BIMA (Arrahmah.com) – Lebih dari 30 mahasiswa di Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar unjuk rasa memprotes tindakan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri yang menembak mati lima terduga teroris di Kabupaten Dompu, dan dua di antaranya mahasiswa.
“Informasi yang kami dapat dua korban tewas ditembak mati Densus 88 di Dompu bukan teroris, tetapi warga yang hendak ke pasar untuk berdagang,” kata Suparman, koordinator aksi di perempatan Bank Indonesia (BI) Perwakilan NTB, di Mataram, beberapa waktu lalu, Rabu (16/1/2013) seperti dilansir Antara.
Pengunjuk rasa dari kalangan mahasiswa itu didominasi pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Mataram. Bahkan, Ketua HMI Cabang Mataram Syahril juga ikut dalam rombongan pengunjuk rasa itu.
Dalam orasinya, Suparman menyoroti sikap tim Densus Antiteror Polri itu yang mudah menembak mati orang yang diduga teroris, padahal ada kemungkinan salah sasaran.
“Jelas bahwa jika orang yang ditembak mati bukan teroris, maka itu dikategori pelanggaran HAM karena menghilangkan nyawa manusia dengan sengaja,” ujarnya.
Suparman dan orator lainnya kemudian mendesak Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) untuk melakukan supervisi atas kinerja Densus 88 Antiteror Mabes Polri itu.
Kelompok mahasiswa itu juga meminta DPR/MPR RI memanggil Presiden dan Kapolri guna supervisi tindakan Polri dalam memberantas pelaku tindak pidana terorisme yang mudah menggunakan cara tembak mati tanpa mempertimbangkan asas praduga tak bersalah.
“Jika yang ditembak mati benar-benar teroris, tentu ada aturannya. Bagaimana kalau salah tembak atau yang ditembak mati bukan teroris? Maka, Komnas HAM harus bersikap,” ujar seorang orator dari kerumunan mahasiswa pengunjuk rasa.
Pada tanggal 5 Januari 2013, Kapolda NTB Brigjen Pol. Mochamad Iriawan mengatakan bahwa lima orang terduga “teroris” yang masuk daftar pencarian orang (DPO) Poso, Sulawesi Tengah, ditembak mati karena melawan saat hendak ditangkap di Kabupaten Dompu, Pulau Sumbawa, 4–5 Januari 2013.
“Karena melawan, terpaksa ditembak mati,” kata Iriawan yang didampingi Gubernur NTB TGH M. Zainul Majdi kepada wartawan di Mataram setelah proses pemberangkatan kelima jenazah yang ditembak mati itu ke Jakarta.
Aksi tembak mati itu dilakukan tim Densus 88 saat penyergapan tertuduh teroris yang berlangsung di dua lokasi masing-masing di Mangge Nae, Dompu, yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bima, dan di Kendai 2, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu.
Saat penyergapan itu, dua orang tertuduh teroris gugur ditembak , yakni Roy asal Makassar dan Bahtiar asal Dompu. Sementara itu, barang bukti yang ditemukan berupa masing-masing satu pucuk senjata api jenis revolver dan FN beserta belasan putir peluru.
Selanjutnya, penyergapan di Kendai, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu,tiga orang tertuduh teroris ditembak mati, seorang lainnya berhasil kabur dari kejaran polisi.
Ketiga tertuduh teroris yang gugur itu sempat tidak teridentifikasi karena tidak ada petunjuk identitas yang ditemukan. Namun, setelah dibawa ke Jakarta dan diidentifikasi akhirnya diketahui, salah seorangnya dianggap terduga teroris DPO Poso, yakni Rizal alias Andi Kamayama alias Andi Brekele.
Dua orang lainnya sempat disebut Kapolda NTB sebagai Pais, dan Riswanto. Namun, Mabes Polri menyatakan kedua orang itu belum jelas identitasnya.
Belakangan mencuat informasi kalau kedua orang itu bukan anggota jaringan teroris sehingga masalah tersebut diadukan ke Komnas HAM. (bilal/arrahmah.com)