DELHI (Arrahmah.com) – Di kawasan yang ditimpa kemiskinan, sejumlah madrasah Islam memberikan kesempatan kepada anak-anak Muslim dan Hindu untuk mendapatkan pendidikan yang baik, di mana siswa dari kedua agama itu bisa belajar baik Islam dan Hindu.
“Kami memberikan pendidikan kepada anak-anak yang berasal dari keluarga miskin,” Dr. Talat Qureshi, ketua dari Nida Mahila Mandal (NMM), lembaga yang mengelola madrasah-madrasah tersebut, mengungkapkan kepada OnIslam.net, Rabu (25/2/2015).
“Kami melihat banyak keluarga Hindu yang ingin memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anak mereka, tetapi mereka tidak mampu.”
Ide dari madrasah yang dikelola oleh NMM ini pertama kali mulai muncul 17 tahun yang lalu di negara bagian India tengah, di distrik Mandsaur, Madhya Pradesh.
NMM telah membuka madrasah-madrasah di semua kota dimana anak-anak bisa belajar tentang Islam dan Hindu.
Di distrik Mandsaur, banyak anak-anak Hindu yang belajar tentang ajaran dan budaya Islam di madrasah-madrasah itu.
Disamping belajar tentang dasar-dasar agama Islam, anak-anak Hindu juga belajar tentang 16 ‘samskaras’ (serangkaian ritual) dari agama Hindu, mengajarkan kitab Gita dan mantra Gayatri.
Saat ini NMM telah mengelola sebanyak 128 madrasah di dalam dan di sekitar Mandsaur yang bermarkas di Madrasa Firdaus.
Pada 78 madrasah tersebut, Hindu dan anak-anak Muslim belajar bersama dan kebanyakan dari mereka adalah siswa Hindu bahkan melebihi jumlah rekan-rekan Muslim mereka.
Beberapa madrasah ada yang menggunakan nama Hindu dan non-Muslim seperti Gurukul Vidyapeeth, Nakoda, Sant Ravidas, Angel dan Jain Varhman. Beberapa orang merasa sulit untuk percaya bahwa madrasah itu bisa memiliki nama seperti itu.
“Mereka [para orang tua Hindu] ingin mendaftarkan anak-anak mereka di madrasah tetapi khawatir tentang pendidikan agama,” kata Dr Qureshi.
“Kami memberikan pendidikan agama Hindu di madrasah, orang tua Hindu tidak gentar dalam mendaftarkan anak-anak mereka di madrasah yang dikelola oleh kelompok kami. Di bawah sistem ini, pendidikan berkualitas tinggi diberikan kepada siswa dengan biaya yang sangat rendah,” tambahnya.
Di tengah ketiadaan dukungan dari pemerintah di kabupaten itu, madrasah-madrasah yang dikeloa oleh NMM telah mampu mengisi kekosongan penting dalam sistem pendidikan.
“Pemerintah memberikan hibah bagi 14 madrasah tetapi kami jarang mendapatkannya tepat waktu. Kami memberikan pendidikan modern pada madrasah kami dan mempertahankan standar pengajaran yang baik,” kata Dr Qureshi.
“Siswa belajar bahasa Hindi dan Inggris. Mereka dapat memilih antara bahasa Urdu dan bahasa Sansekerta sebagai bahasa ketiga.”
“Para siswa memilih bahasa Urdu untuk pengajaran dasar-dasar agama Islam, sementara mereka memilih buku studi bahasa Sansekerta untuk pengajaran agama Hindu. Muslim dan non-Muslim belajar di bawah satu atap, tertarik pada buku-buku agama masing-masing dan belajar tentang agama dan ibadah masing-masing.”
Dia menambahkan bahwa program ini membantu anak-anak dari komunitas yang berbeda untuk bisa berkumpul bersama.
(ameera/arrahmah.com)