PHOENIX (Arrahmah.com) – Jon Ritzheimer, penyelenggara reli kebencian anti-Muslim di Phoenix, Arizona sekarang mengatakan bahwa ia membutuhkan sumbangan masyarakat sebesar $ 10 juta untuk menjaga keluarganya bisa aman dari Muslim – meskipun tidak ada mengancamnya.
“Kita semua lihat (ancaman) itu datang, tapi 10 juta?!” Demikian salah satu pertanyaan Jameson Parker, seorang jurnalis pada AI, pada Senin (1/6/2015).
Menurut Ritzheimer yang juga menyelenggarakan lomba menggambar Nabi itu, dia tidak takut untuk keselamatan sendiri (karena dia orang yang keras). Tapi keluarganya telah dimasukkan ke dalam bahaya dengan tindakannya.
Dan karena itu dia dengan “rendah hati” meminta Fox News meliputnya sambil mengemis, “Pecinta ‘pembenci-Muslim’ Amerika silakan beri dia $ 10.000.000 sehingga dia dapat membentengi rumahnya, untuk menjaganya bebas dari Muslim.”
Ritzheimer juga berjanji akan membagikan sebagian uang itu untuk rumah sakit anak-anak dan untuk amal.
“Saya tahu, jumlah uang ini tidak masuk akal dan saya akan menjelaskannya. Uang itu akan saya gunakan untuk membentengi rumah saya dan melakukan apa saja untuk membuat keluarga saya agar merasa aman kembali. Saya tidak akan mengambil keuntungan dari uang ini dan uang tambahannya akan disalurkan ke Rumah Sakit Anak. Kalian pegang janji saya itu! Dan apakah saya harus memutuskan akan mengincar kursi Jokn McCain pada pemilu senat mendatang, uang itu akan digunakan untuk kampanye saya juga. Saya akan menjadi kandidat yang bebas dan independen yang menolak dilabeli golongan kanan atau kiri,” paparnya.
Dengan demikian, Parker menilai janjinya untuk donasi dan amal tersebut tidak akan terjadi, sebab Ritzeimer akan mengalihkannya untuk mendanai programnya yang utama yakni, untuk melawan John McCain pada pemilu mendatang.
Beberapa pendukung LGBT telah mendukung ide Ritzheimer ini. Padahal, tidak satu pun orang Muslim melakukan tindakan merugikan masyarakat di Phoenix. Menurut Parker, langkah Ritzheimer telah terbukti memanfaatkan isu anti-Islam untuk menjadi kendaraan politiknya.
Hingga berita ini diturunkan, pengumpulan dana Ritzheimer pada situs GoFundMe ternyata tidak membuahkan hasil. Pihak situs fundraising itu menutup permohonan dana anti-Islam itu karena ha tersebut juga dianggap sebagai anti-Kristen.
Saat ini akun Facebook Ritzheimer dipenuhi dengan kutukan juga ancaman dari berbagai pihak yang bersebrangan dengan idenya yang tidak independen dan tidak bebas dari agenda politik tersebut.
Pendukung anti-Islam tersentuh hatinya di Masjid Phoenix
Sementara itu, Ummat Islam Phoenix malah menampilkan sikap yang sangat ramah ketika Masjidnya dikepung massa anti-Islam bersenjata lengkap. Mereka mengundang salah seorang pendukung Ritzheimer bernama Jason Leger untuk berdialog di dalam Masjid.
Alhamdulillah, Jason Leger, warga Phoenix yang mengenakan kaos anti-Islam menerima undangan untuk ikut jama’ah shalat ‘Isya di dalam Masjid. Ia mengatakan bahwa pengalamannya di dalam Masjid telah mengubah pandangannya terhadap Ummat Islam.
“Itu sesuatu yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Saya membuka sepatu saya. Saya berlutut. Saya melihat beberapa orang yang damai. Kami semua rukun,” ujar Leger.
Ia menambahkan, “Mereka membuat saya merasa diterima, Anda tahu. Saya baru saja berpikir, sepertinya semua orang telah salah mengartikan, mengatakan segalanya keluar dari emosi (yang sebenarnya), mengatakan segala yang mereka (Muslim) tidak yakini.”
Lain halnya dengan Paul Griffin, yang sebelumnya mengatakan bahwa dia tidak peduli kalau kaosnya menyinggung perasaan Muslim, meyakinkan kepada Ummat Islam pada akhir reli bahwa ia tidak akan mengenakan kaos yang penuh dengan kebencian itu lagi.
“Saya berjanji, lain kali Anda berjumpa dengan saya, saya tidak akan mengenakan kaos ini lagi,” ujar Griffin, paman Leger, kepada salah seorang pria Muslim seraya berjabat tangan dan tersenyum. “Saya tidak akan memakai baju ini lagi.”
Menurut Fox, Selasa (2/6) , Leger dan pamannya telah diundang kembali ke masjid untuk lebih diskusi, kali ini kaosnya diinggalkan di rumah.
“Saya merasa bahwa saya dan beberapa orang-orang seperti paman saya Paul, dan orang-orang Muslim, (harus) meluangkan waktu untuk berbicara satu sama lain, saya merasa bahwa kita mengubah pikiran beberapa orang, dan mereka mengubah pikiran saya. Paul secara khusus mengatakan tidak akan memakai baju itu lagi,” kata Leger.
“Saya sudah menetapkan bahwa, intinya adalah bahwa bahkan pidato paling keji dilindungi oleh amandemen pertama, itu adalah titik bagi saya mencoba untuk membuat (perubahan),” kata Paul Griffith.
Semoga Allah yang maha membolak-balikkan hati memberi hidayah kepada para pelaku protes di depan Masjid Phoenix. Aammiin. (adibahasan/arrahmah.com)