JAKARTA (Arrahmah.com) – Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) liberal, Maarif Institute, berharap kurikulum baru yang akan diterapkan pada 2013 dapat membendung arus radikalisasi dan intoleransi di kalangan siswa.
“Jika kurikulum baru tidak bisa membendung arus radikalisasi dan intoleransi, maka upaya besar dalam mengukuhkan pendidikan kewarganegaraan selama ini tidak akan berhasil dengan optimal,” kata Direktur Eksekutif Maarif Institute Fajar Riza Ul Haq di Jakarta, Selasa (2/4/2013), seperti dikutip ANTARA news.
Dalam Seminar Penguatan Empat Pilar Kebangsaan di Dunia Pendidikan yang bertajuk Mengukuhkan Pendidikan Kewargaan bagi Kokohnya Nilai-nilai Kebangsaan, ia mengatakan kurikulum baru harus ditopang oleh penguatan peran-peran guru dan sekolah.
Pernyataan tersebut menyusul upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam melahirkan Kurikulum 2013 bagi satuan pendidikan SD, SMP dan SMA yang dinilai mampu menyelesaikan berbagai persoalan pendidikan di Indonesia.
“Keberadaan kurikulum baru tersebut harus dipertanyakan ulang apakah benar dapat menjadi solusi berbagai persoalan fundamental yang menyelimuti dunia pendidikan kita saat ini,” katanya.
Ia menilai dunia pendidikan Indonesia saat ini menjadi sorotan publik menyusul maraknya tawuran, aksi kekerasan geng motor, perpeloncoan (bullying), penggunaan narkoba dan seks bebas di kalangan pelajar.
Dia melanjutkan hal tersebut ditambah dengan semakin gencarnya proses radikalisasi paham keagamaan yang menyasar remaja dan pelajar di Indonesia.
“Fenomena ini semakin memperlihatkan kerapuhan dunia pendidikan kita dalam membentengi moral dan perilaku peserta didik selama ini,” katanya.
Maarif Institute pernah menuduh organisasi ekstra kurikuler Kerohanian Islam (Rohis) di sekolah sebagai penebar radikalisme.
Direktur Maarif Institute, Fajar Riza ul Haq, mengungkapkan bahwa menguatnya radikalisme di kalangan siswa sekolah salah satunya diakibatkan oleh penetrasi kelompok radikal melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Fajar menuduh mereka mengajarkan cara pandang keagamaan secara hitam putih, eksklusif dan ekstrim.
“Menguatnya penetrasi kelompok radikal melalui kegiatan ekstrakulikuler di sekolah dengan mengajarkan cara pandang keagamaan hitam-putih, eksklusif dan ekstrim”, kata Fajar dalam press release yang diterima Suara Islam Online, saat Peluncuran Buku Pendidikan Berkarakter, di Jakarta, Jumat (28/4/2012).
(SI Online/arrahmah.com)