Kamis, 5 November 2009, Majelis Mujahidin kembali mendatangi Mabes Polri. Rombongan yang dipimpin langsung oleh Amir Mujahidin, Drs M Thalib, beserta Ketua Umum Lajnah Tanfidziyah, Irfan S Awwas, dan Wakil Ketua, Ustadz Abu Muhammad Jibriel itu mendesak kepolisian agar membebaskan atau setidaknya mempercepat proses hukum Muhammad Jibriel secara terbuka, transparan dan adil. Hal ini karena penahanan M Jibriel hanyalah sebagai korban tersangka imajinatif kepolisian.
Kompolnas Berjanji Teruskan Pengaduan
Rombongan Majelis Mujahidin berangkat menuju Mabes Polri sejak dini hari menggunakan dua mobil. Selain dari markaz pusat, rombongan juga terdiri dari perwakilan wilayah Jakarta dan sekitarnya. Sekitar pukul 9 pagi rombongan sudah sampai di Mabes Polri. Sayangnya, karena jajaran polri sibuk dan pejabat yang dituju belum juga muncul, maka rombongan mengalihkan tujuan ke Kompolnas.
Tidak hanya di Mabes Polri, di Kompolnas jajaran pejabatnya pun tidak ada yang berada di tempat. Semua menyatakan sibuk dan sedang rapat. Memang, sebagaimana sudah diketahui umum, institusi kepolisian saat ini sedang disorot publik berkaitan dengan transkrip rekaman yang dibeberkan KPK. Akhirnya pukul 9.30, salah seorang staff di Kompolnas menemui rombongan dan langsung menerima pengaduan dan tuntutan dari Majelis Mujahidin.
Dalam kesempatan tersebut, Ustadz Irvan S Awwas yang juga paman dari M Jibriel, menyampaikan tuntutan agar M Jibriel bisa segera dibebaskan atau paling tidak kepolisian bisa mempercepat proses hukum M Jibriel. M Jibriel adalah tersangka imajinatif kepolisian, begitu ungkap Ustadz Irvan, karena M Jibriel dijadikan tersangka berdasarkan imajinasi polisi, baru dicarikan kasus yang disangkakan dengan alasan pengembangan kasus. Penangkapan kepada M Jibriel jelas sewenang-wenang dan sangat dipaksakan. Awalnya, M Jibriel disangka sebagai penyandang dana teror bom di hotel JW Marriot dan Ritz Carlton. Kemudian tuduhan berubah sebagai mantan anggota Al Qaeda, dan telah menyembunyikan korban salah bunuh Syaifuddin Zuhri. Ketika semua itu tidak dapat dibuktikan, akhirnya penahanan diperpanjang 4 bulan untuk kasus imigrasi. Jadi, untuk kepentingan siapa sesungguhnya penangkapan dan penahan ini?
Ustadz Irvan juga mengusulkan agar Kompolnas menjadi mediasi untuk melakukan diskusi atau debat terbuka untuk memperjelas isu terorisme. Karena menurut beliau saat ini arah baru pemberantasan terorisme di negeri ini mulai memasuki wilayah sensitif dalam ranah keberagaman, dan secara politis berbahaya karena dapat memicu SARA. Beberapa kali kepolisian dan intelijen RI telah melakukan pembusukan informasi terhadap aspirasi masyarakat untuk melaksanakan syariah Islam. Beberapa fakta dan data ikut disampaikan ke perwakilan Kompolnas agar diteruskan kepada komisioner nantinya.
Bareskrim Sibuk, Wartawan Panen Berita
Setelah dari Kompolnas, rombongan kembali menuju Bareskrim menjelang dzuhur. Namun ditunggu beberapa saat, tidak ada satu pun pejabat yang siap untuk menerima. Sementara itu di media massa ramai pemberitaan tentang pengunduran diri Susno Duadji, Kabareskrim yang namanya berulangkali disebut dalam rekaman KPK. Bisa jadi kondisi ini mempengaruhi dan ‘mengguncang’ jajaran kepolisian. Akhirnya rombongan memutuskan untuk sholat terlebih dahulu.
Keluar dari ruang tunggu Bareskrim, rombongan langsung diserbu wartawan berbagai media. Mereka sangat antusias untuk mengetahui kabar terbaru dan informasi seputar M Jibriel. Ustadz Irvan memberikan keterangan pers dan membagi-bagikan lembar fotocopian yang berisikan fakta dan data penahanan M Jibriel sebagai korban tersangka imajinatif kepolisian.
Selesai sholat rombongan kembali menunggu janji dari Irjem Saleh Saaf yang katanya mau menemui rombongan. Namun, setelah ditunggu selama setengah jam, datang berita Irjen Saleh Saaf dipanggil mendadak oleh Menkopolhukam. Rombongan akhirnya memutuskan untuk segera ke Mako Brimob Kelapa Dua untuk menjenguk, M Jibriel, karena hari kamis memang hari yang dipergunakan untuk menjenguk beliau.
Bebaskan M Jibriel!
Rombongan sampai di Mako Brimob Kelapa Dua menjelas sore. Setelah melewati beberapa prosedur, alhamdulillah, rombongan bisa menemui Pimpinan Ar Rahmah Media yang sedang menjalani ujian tersebut, M Jibriel. Beliau nampak sehat, berseri-seri, dan tegar. Beliau surprise dengan rombongan yang kali ini membesuknya. Pembicaraan pun berjalan hangat, diselingi nasihat agar beliau tetap tegar dan istiqomah menjalani seluruh ujian yang terjadi. Ustadz Abu Jibriel juga menyampaikan bahwa secara usaha sudah dilakukan dengan maksimal agar anaknya dapat segera dibebaskan atau segera diproses hukumnya. Kini tinggal berdoa dan menunggu apa ketetapan dari Allah SWT., sebagai Sang Maha Penentu segala urusan.
Dalam kesempatan itu pula M Jibriel menyampaikan bahwa bukan hanya dirinya yang menjadi korban dan perlu mendapatkan pembelaan. Beberapa ikhwan yang satu tempat dengan beliau adalah saudara muslim kita juga yang perlu mendapatkan simpati dan dukungan. Juga ada Putri Munawarrah, yang sedang hamil tua, yang juga perlu dibantu dan mendapatkan proses hukum yang adil, transparan, dan terbuka. Semoga kaum Muslimin bisa membantu saudara-saudara mereka yang terdzolimi, minimal memberikan doa-doa mereka di setiap habis sholatnya. Insya Allah! (M.Fachry/arrahmah.com)