RAKHINE (Arrahmah.id) — Kelompok advokasi Rohingya mengatakan, pada Senin (5/8/2024) bahwa Tentara Arakan (AA) menyerang ribuan pengungsi Rohingya yang berkumpul di pantai Kotapraja Maungdaw, Negara Bagian Rakhine di Myanmar dengan bom pesawat tak berawak. Tak kurang 200 pengungsi tewas seketika
Dilansir Maktoob Media (9/8), peristiwa itu merupakan salah satu hari paling mematikan dari pembersihan etnis komunitas Muslim rohingya sejak 2017, ujar 2 aktivis Rohingya.
Tentara Arakan adalah kekuatan utama dalam Aliansi Persaudaraan, sebuah koalisi pasukan pemberontak yang melawan junta militer Myanmar. Mereka dituduh membunuh lebih dari 2.000 warga Rohingya di Buthidaung, dari akhir Maret hingga Mei.
Sejak Juni, tentara Arakan telah membunuh sedikitnya 400 warga Rohingya di Maungdaw, kata Nay San Lwin, salah satu pendiri Koalisi Rohingya Bebas.
Lwin memberi tahu Maktoob bahwa mereka menggunakan kekacauan di Bangladesh sebagai kedok untuk mengintensifkan serangan gencar Rohingya.
Ia mengatakan sulit untuk mendapatkan rincian pasti tentang krisis yang terjadi karena situasi tersebut. Aktivis yang tinggal di Jerman itu telah membagikan video warga sipil yang terbunuh dengan barang-barang yang berserakan di tepi sungai.
🔞🔞 تعرض سكان الأقلية المسلمة الروهينجا في ولاية راخين إلى مذبحه من قبل مليشيات بوذية مسلحة بالقرب من الحدود بين بنغلاديش وميانمار. pic.twitter.com/mYYkoWBd6J
— موسكو | 🇷🇺 MOSCOW NEWS (@M0SC0W0) August 8, 2024
Drone juga menyerang perahu yang digunakan Rohingya untuk menyeberangi Sungai Naf, dekat perbatasan Bangladesh. Serangan itu menenggelamkan sedikitnya dua perahu, menewaskan beberapa orang.
Rohingya Human Rights Initiative yang berbasis di India, dalam sebuah pernyataan, melaporkan bahwa mereka telah mendokumentasikan penemuan sedikitnya 13 mayat pengungsi Rohingya, sebagian besar anak-anak dan wanita, di Sungai Naf karena tenggelam di perahu mereka saat menyeberang.
Pada tanggal 7 Agustus, 10 orang tewas, termasuk lima anak-anak dan dua wanita di Shah Porir Deeb, kata kelompok yang berbasis di New Delhi itu. Menurut mereka, antara tanggal 5 hingga 7 Agustus, sebanyak 1.800 pengungsi Rohingya ditahan oleh penjaga perbatasan Bangladesh dan sebanyak 400 di antaranya dilaporkan telah didorong kembali ke Myanmar.
Sabber Kyaw Min, pendiri dan direktur Rohingya Human Rights Initiative (ROHRIngya) menyatakan, “Sangat menyedihkan melihat orang-orang Rohingya yang rentan sekali lagi dipaksa mengungsi dari Maungdaw dan berjuang untuk menyeberang ke Bangladesh. Junta Militer dan Tentara Arakan milik militan Rakhine memanfaatkan situasi yang sedang berlangsung di Bangladesh untuk mengusir populasi Rohingya yang tersisa di Maungdaw, Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Ratusan orang dilaporkan telah terbunuh.”
Pada tahun 2017, sekitar 10.000 pria, wanita, anak-anak dan bayi baru lahir Rohingya terbunuh, lebih dari 300 desa dibakar habis, dan lebih dari 700.000 orang terpaksa mengungsi ke Bangladesh untuk mencari keselamatan, bergabung dengan puluhan ribu orang yang melarikan diri dari penganiayaan sebelumnya. Sekitar 600.000 warga Rohingya masih tinggal di negara bagian Rakhine di mana pertempuran sengit antara militer Myanmar dan Tentara Arakan sedang berlangsung untuk menguasai wilayah tersebut. (hanoum/arrahmah.id)