MALAYSIA (Arrahmah.com) – Pemerintah Malaysia dituntut bertindak segera untuk membendung gelombang Syi’ah yang kini berada di ambang bahaya hingga bisa meletuskan krisis. Presiden Ikatan Muslimin Malaysia (ISMA), Abdullah Zaik Abd Rahman berkata, kealpaan semua pihak membendung penularannya menjadi sebab Syi’ah berkembang pesat di Malaysia, Sinar Harian melaporkan 23 Juli 2013.
“Pada awal 1990-an, jumlah pengikut Syi’ah sekitar 400 orang saja, tetapi kini kita tidak ambil perhatian dengan perkembangan itu,” ujarnya.
“Pada awalnya, mereka menyebarkan ajaran itu di universitas-universitas, tetapi gerakan Syi’ah telah mengeksploitasikan perkembangan masyarakat Malaysia melalui hubungan antara masyarakat, politik, LSM dan perdagangan,” katanya.
Ditanya bagaimana ajaran Syi’ah ini mampu berkembang dengan cepat, beliau berkata, antara strategi yang digunakan adalah melalui taqiyah (berpura-pura) di belakang organisasi LSM dan politik. Katanya, dahulu Malaysia pernah menerima kunjungan sebanyak 70,000 pengikut Syiah.
“Ini proses normalisasi, apabila ada pemimpin politik dan gerakan Islam yang menjadi pendukung Syiah, masyarakat akan anggap ia tidak bahaya.”
“Apabila ada perkara buruk dilemparkan terhadap kelompok ini, akan ada pemimpin coba menetralkan keadaan dengan memberitahu kebaikan Syi’ah,” katanya.
Menurutnya, ulama Syaikh Dr Yusuf Al Qaradhawi pernah menasihati Malaysia untuk membendung Syiah. “Beliau pernah diajak berdialog bersama kelompok Syi’ah, tetapi terpaksa dibatalkan karena mereka tidak mau menghormati perjanjian untuk tidak menyebarkan ajaran mereka ke negara Sunni. Sekarang negara dalam keadaan bahaya dan parah,” katanya.
Mengenai kenyataan Ketua Kelompok Syi’ah Malaysia, Mohd Kamil Zuhairi Abd Aziz yang mengklaim jumlah pengikut ajaran itu kini diperkirakan antara 300 ribu hingga sejuta orang, Abdullah Zaik berkata, angka itu sengaja diperbesarkan bagi melambangkan mereka punya pengaruh yang kuat.
“Jika (negara bagian) Kedah menyatakan Syi’ah terlarang, mereka mau nampak kuat dan nampak banyak. Dengan itu, mereka bisa punya alasan hak asasi untuk tidak diganggu gugat dan mendakwa didiskriminasikan jika pemerintah mengambil tindakan,” katanya.
(banan/fimadani/arrahmah.com)