WINA (Arrahmah.com) – Lembaga-Lembaga Sosial Masyarakat di Eropa mengutuk kekerasan yang terjadi di Myanmar dan menggambarkannya sebagai tindakan yang “tidak manusiawi” dan “pembersihan etnis”.
Kecaman tersebut menyusul laporan korban sipil massal setelah serangan baru-baru ini oleh pasukan keamanan Myanmar melawan minoritas Rohingya.
“Kami sangat mengutuk kekerasan dan penindasan yang tidak manusiawi di negara Myanmar terhadap Muslim Rohingya,” Ibrahim Olgun, ketua Komunitas Islam Austria, mengatakan kepada Anadolu Agency.
Esad Memic, kepala Muslim Bosnia di Austria, mendesak masyarakat internasional untuk mengambil langkah-langkah untuk melindungi minoritas Rohingya.
“Kehormatan umat manusia sedang diinjak-injak di bawah kaki. Orang-orang di negara bagian Rakhine kurang memiliki hak manusia,” ujarnya.
Mohammad Faroque al-Madani, anggota eksekutif Islamic Center Bangladesh di Wina, juga meminta negara-negara Muslim untuk mengangkat suaranya.
Presiden Yayasan As-Salaamah di Utrecht, Belanda, Nourdeen Wildeman, menyeru sanksi ekonomi dan tekanan diplomatik terhadap Myanmar. Ia juga mengatakan bahwa telah ada krisis hak-hak masyarakat secara sistematis di Myanmar.
Juru bicara kelompok Burma yang berbasis di Brussels, Gillet Pierre-Yves, menggambarkan kekerasan di negara bagian Rakhine sebagai “pembersihan etnis”.
“Warga sipil hidup di bawah ketakutan akan kematian. Situasinya sangat mengerikan. Komunitas internasional harus segera mengendalikannya pada tingkat tertinggi.”
Serangan mematikan terhadap pos perbatasan di negara bagian Rakhine pecah pada Jumat, membunuh 77 minoritas Rohingya, seorang tentara, dan 10 petugas polisi, kata Penasihat Negara Bagian Aung San Suu Kyi dalam sebuah pernyataan.
Kemudian laporan media muncul dengan mengatakan bahwa pasukan keamanan Myanmar menggunakan kekuatan yang tidak proporsional dan mengungsikan ribuan penduduk desa Rohingya, menghancurkan rumah dengan mortir dan senapan. (fath/arrahmah.com)