TEPI BARAT (Arrahmah.id) – Jurnalis Inggris-Amerika, Louis Theroux, akhirnya menayangkan dokumenter yang sudah lama dinanti, ‘The Settlers’, di BBC pada Ahad (27/4/2025) Film ini memberikan gambaran tajam dan tanpa basa-basi tentang kehidupan di bawah apartheid ‘Israel’ di wilayah Tepi Barat yang diduduki.
Dalam dokumenter ini, Theroux mengunjungi berbagai wilayah pendudukan Palestina, bertemu dengan pemukim ekstremis ‘Israel’ seperti Daniella Weiss, yang dijuluki “Ibu Baptis” gerakan pemukim dan berbincang dengan warga Palestina yang hidupnya hancur akibat puluhan tahun penjajahan dan apartheid.
Theroux menunjukkan bagaimana para pemukim ‘Israel’, yang seringkali datang sebagai imigran dari berbagai penjuru dunia, merampas tanah Palestina dan memperkuat sistem kolonial yang brutal.
Berikut 5 poin penting dari dokumenter tersebut:
1. Rencana Pemukim Ekstremis untuk Menjajah Gaza
Theroux menghadiri sebuah acara pemukim di Tepi Barat yang diduduki, di mana tokoh-tokoh seperti Menteri Keamanan Nasional ‘Israel’ Itamar Ben Gvir, yang dikenal sebagai ekstremis sayap kanan, secara terbuka menyerukan pembangunan pos-pos pemukim ilegal di Gaza serta pengusiran paksa warga Palestina, sebuah pelanggaran berat terhadap hukum internasional.
Di acara itu, para pemukim berpesta, mengadakan lokakarya propaganda, dan menyuarakan ambisi kolonial mereka kepada dunia.
Seorang peserta dengan lantang berkata kepada Theroux, “Gaza adalah milik kami, dan kami harus tinggal di sana.”
2. Bertemu “Ibu Baptis” Pemukim Ekstremis
Daniella Weiss, tokoh sentral gerakan pemukim, tampil dominan di dokumenter ini. Ia dengan bangga mengaku membantu mendirikan hampir semua pos-pos pemukim ilegal di Tepi Barat, dan mengklaim memiliki pengaruh besar atas pemerintah ‘Israel’.
Weiss bahkan mengaku sudah merekrut 800 keluarga ‘Israel’ untuk bersiap pindah ke Gaza. Ia juga menyebut Benjamin Netanyahu, yang kini diburu ICC, sebenarnya mendukung ekspansi permukiman ke Gaza, meski tidak bisa mengatakannya secara terbuka.
Ketika ditanya soal solusi dua negara atau negara demokratis dengan hak setara untuk Palestina, Weiss menolak mentah-mentah, bersikeras mempertahankan negara supremasi Yahudi.
3. Ada Juga Warga ‘Israel’ yang Menolak Penjajahan Gaza
Di sisi lain, sekelompok warga ‘Israel’ menggelar protes di dekat acara pemukim, menyerukan gencatan senjata, pembebasan sandera, dan menolak mimpi kolonialisme baru di Gaza.
Seorang demonstran berkata kepada Theroux, “Ide menjajah kembali Gaza itu konyol. Pertanyaannya, negara seperti apa yang ingin kita jadi: penjajah atau pembawa damai?”
4. Hidup di Bawah Apartheid: 14 Tahun Kemudian
Theroux kembali mengunjungi komunitas Palestina yang pernah ia liput pada 2010. Ia mendapati kondisi mereka kini jauh lebih buruk.
Di kota seperti Hebron, warga Palestina hidup di bawah rezim apartheid, menghadapi kekerasan sistematis, pencurian tanah, dan pembatasan pergerakan.
Sementara para pemukim bebas berkeliaran, warga Palestina harus melewati pos pemeriksaan militer hanya untuk bergerak di kota mereka sendiri.
Aktivis Palestina Issa Amro menggambarkan kehidupan mereka: “Terfragmentasi, terbatas, dan tanpa kualitas hidup.”
5. Peran Tentara ‘Israel’ dalam Menjaga Apartheid
Sepanjang dokumenter, Theroux memperlihatkan bagaimana tentara ‘Israel’ berperan aktif dalam memperkuat dominasi pemukim: mengusir petani Palestina, menggerebek rumah-rumah, hingga melindungi kekerasan pemukim dengan dalih keamanan.
Theroux menyimpulkan bahwa “mimpi para pemukim belum menunjukkan tanda-tanda akan pudar”, sebuah kenyataan pahit bagi jutaan rakyat Palestina yang terus hidup dalam pengepungan. (zarahamala/arrahmah.id)