(Arrahmah.com) – Tentara Kebebasan Suriah adalah wadah perjuangan para disertiran tentara dan polisi Suriah yang bergabung dengan revolusi rakyat. Mereka membela rakyat muslim Suriah saat dinas militer, kepolisian dan intelijen rezim Suriah membantai kaum muslimin Suriah.
Tentara Kebebasan Suriah selama ini dikenal sebagai pejuang beraliran sekuleris-nasionalis. Mereka membela rakyat muslim Suriah, melawan rezim jagal Suriah dan mencita-citakan penegakan pemerintahan Suriah baru di atas sistem demokrasi sekuler.
Kesan sekuleris-nasionalis itu semakin kental karena Dewan Transisi Nasional Suriah yang mengklaim dirinya sebagai sayap politik revolusi Suriah juga mengusung sekulerisme dan nasionalisme. Dewan Transisi Nasional Suriah yang ‘hanya’ duduk-duduk di Turki bertindak seolah penasehat dan pemimpin atas Tentara Kebebasan Suriah. Belakangan Tentara Kebebasan Suriah sendiri tidak mengakui eksistensi dan peranan Dewan Transisi Nasional Suriah dalam revolusi di Suriah.
Dewan Transisi Nasional Suriah menghimpun para politikus Suriah yang rajin menjilat kepada negara-negara salibis Barat. Mereka adalah para pejabat Bashar Asad dan oposan yang menginginkan kursi kekuasaan di Suriah dengan bantuan Barat. Meski untuk itu mereka harus mengkhianati kepentingan rakyat muslim Suriah dan melayani kepentingan-kepentingan Barat.
Pada awal kemunculannya yang spontanitas akibat melihat kebiadaan yang dilakukan rezim Suriah terhadap rakyat muslim Suriah, Tentara Kebebasan Suriah masih mengusung cita-cita sekulerisme dan nasionalisme.
Dengan izin Allah, peringatan berulang-ulang para komandan mujahidin internasional seperti syaikh Aiman azh-Zhawahiri, Abu Yahya Al-Libi dan Asadul Jihad Ats-Tsani agar para pejuang di Suriah mengusung syariat Islam dan tidak mempercayai PBB, Liga Arab dan negara-negara Barat mulai membuahkan hasil. Terlebih beberapa ulama muwahhidin-mujahidin seperti syaikh Abu Bashir At-Tarthusi dan syaikh Abu Zahra’ Az- Zabidi telah terjun langsung memimpin mujahidin dalam negeri Suriah.
Selain kelompok-kelompok mujahidin Islam yang sejak awal mengusung perjuangan penerapan syariat Islam, belakangan banyak regu, peleton dan kompi dalam Tentara Kebebasan Suriah mulai mengusung perjuangan penerapan syariat Islam. Mereka telah menyadari bahwa revolusi Suriah bukanlah perjuangan untuk mengganti rezim diktator Bashar Asad yang sekuleris-nasionalis dengan pemerintahan baru yang juga sekuleris-nasionalis.
Banyak regu, peleton dan kompi dalam Tentara Kebebasan Suriah telah menyadari bahwa revolusi Suriah adalah perang agama. Perang akidah antara agama Islam yang diwakili oleh mayoritas muslim sunni Suriah dan agama Nushairiyah yang diwakili oleh kelompok Syiah Nushairiyah Suriah, Syiah Imamiyah Iran, Syiah Imamiyah Irak dan Syiah Imamiyah Lebanon.
Banyak regu, peleton dan kompi dalam Tentara Kebebasan Suriah telah menyadari bahwa revolusi Suriah adalah perang agama untuk menegakkan Daulah Islamiyyah dan menerapkan syariat Islam di Suriah. Dan jika tujuan agung tersebut berhasil dicapai dengan karunia Allah, mereka akan melanjutkannya dengan membebaskan bumi Islam Palestina dari tangan penjajah zionis Yahudi.
Kesadaran ini memberi dampak luar biasa bagi kemajuan revolusi di Suriah. Banyak regu, peleton dan kompi dalam Tentara Kebebasan Suriah telah berperang atas landasan Islam dan demi tujuan Islam. Mereka bukan lagi berperang atas landasan dan demi tujuan sekulerisme, nasionalisme dan demokrasi.
Salah satu contohnya, regu-regu, peleton-peleton dan kompi-kompi dalam Tentara Kebebasan Suriah di propinsi Alepo telah menyatukan dirinya dalam satu wadah perjuangan baru, Liwa’ At-Tauhid. Sesuai namanya yang berarti Panji Tauhid, mereka kini berjuang di atas landasan Al-Qur’an dan as-sunnah, demi menegakkan daulah Islamiyah dan menerapkan syariat Islam di bumi Suriah.
Kemajuan pesat jihad Islam di Suriah inilah yang menggentarkan PBB, AS, Inggris, Prancis, negara-negara salibis Barat dan rezim negara-negara Arab boneka Barat yang tergabung dalam Liga Arab.
Lebih dari setahun sejak revolusi di Suriah bergulir, pihak PBB, Barat dan Liga Arab hanya bermain retorika belaka. Di media massa internasional, mereka seakan-akan sibuk mengutuk dan mengecam rezim Nushairiyah Suriah. Padahal selama itu, mereka terus saja mempersilahkan dan membiarkan rezim Nushairiyah Suriah membantai lebih dari 15 ribu warga sipil muslim sunni Suriah. Tidak sepucuk senapan pun mereka kirimkan kepada mujahidin Islam atau Tentara Kebebasan Suriah. Padahal mereka mengetahui persis negara Syiah Imamiyah Iran dan negara komunis Rusia mengirimkan bantuan militer kepada rezim Nushairiyah Suriah.
Kini ketika semakin banyak Tentara Kebebasan Suriah yang beralih menjadi mujahidin Islam dan berperang untuk tujuan Islam, barulah PBB, Barat dan Liga Arab tersentak. PBB, Barat dan Liga Arab berkoar-koar seakan hendak mempersenjatai Tentara Kebebasan Suriah. PBB, Barat dan Liga Arab hendak menampilkan dirinya sebagai penolong rakyat Suriah.
Sungguh benar nasehat para ulama dan komandan mujahidin internasional kepada rakyat muslim sunni, mujahidin Islam dan Tentara Kebebasan Suriah: janganlah sekali-kali percaya dan menggantungkan nasib kepada PBB, Barat dan Liga Arab! Sudah berkali-kali terbukti, pihak PBB, Barat dan Liga Arablah yang menyebabkan terjadinya penjajahan zionis Yahudi di Palestina, penjajahan salibis NATO di Irak dan Afghanistan, dan penderitaan kaum muslimin di berbagai belahan dunia lainnya.
(muhib almajdi/arrahmah.com)