BANDUNG (Arrahmah.com) – Seiring kesadaran Umat Islam mengkonsumsi produk halal ternyata juga diikuti kesadaran produsen dalam menyajikan produknya.Meski hal ini belum memasyarakat secara luas namun trend dipasar regional maupun global terjadi peningkatan yang menggembicarakan.
Demikian dikatakan peneliti dari LIPI,Prof.Jusmaliani kepada hidayatullah.com usai dirinya menjadi narasumber dalam kegiatan sosialisasi produk halal yang diadakan para pengusaha di kantor MUI Kota Bandung,Kamis (23/6/2011).
Jusmaliani memaparkan, hasil penelitiannya tiga tahun terakhir menunjukan kesadaran umat Islam di Indonesia semakin meningkat.Menurutnya hal itu ditunjukan dengan adanya keberanian konsumen menanyakan tentang status produk yang akan dikonsumsi (dibeli) kepada pihak produsen (penyedia jasa).
“Penelitian saya bagi menjadi dua subyek yakni prilaku konsumen dan produsen.Keduanya menunjukan trend yang positif sesuai dengan tuntutan pasar global. Di mana tuntutan produk sehat (halal) semakin mendunia,”sambung Jusmaliani.
Meski hasil penelitiannya menunjukan trend produk halal masih terjadi daerah kota besar saja namun dirinya yakin kesadaran tersebut akan merambah juga hingga ke perdesaan.
“Mungkin karena kita mayoritas sehingga kepercayaan tersebut tumbuh alamiah saja.Sebenarnya tidak boleh demikian karena dipasaran masih banyak produk yang belum halal.Misalnya daging,kan kalau penyebelihannya tidak halal jatuhnya tidak halal kan,” jelasnya.
Jika dibandingkan dengan negara tetangga,tambah Jusmaliani,kesadaran umat Islam di Indonesia masih kalah jauh.Dirinya lantas membandingkan dengan hasil penelitiannya terhadap muslim di kota Melbourne Australia.
“Mungkin karena mereka minoritas sehingga kehati-hatian terhadap produk halal mereka tinggi,” duganya.
Untuk itu dirinya berharap peran semua pihak terutama LPPOM MUI dan para dai untuk terus mengkampanyekan penting produk halal. Selain dukungan pemerintah dengan menetapkan UU Jaminan Produk Halal.
“Hasil penelitian saya juga sebagian besar konsumen memperoleh informasi produk halal dari keluarga atau teman dekat,sebagian dari bacaan,” tambahnya.
Hal tersebut juga diakui Ketua Bidang Ekonomi Ummat MUI Kota Bandung,Helma Agustiawan. Helma menceritakan pengalamannya ketika mengantar tamu dari Singapura yang hendak makan siang di sebuah rumah makan di Kota Bandung.Sebelum makan sang tamu terlebih dahulu menanyakan akan status makanan dan tidak adanya logo halal yang terpampang.
“Itu menunjukan kesadaran mereka akan produk halal masih diatas kita.Mungkin karena kita mayoritas jadi percaya saja,” kenang Helma.
Untuk itu pihaknya akan menempatkan sosialisasi produk halal menjadi prioritas dalam program kerja.Dirinya juga akan menggandeng perbagai pihak terkait guna mempercepat sosialisasi tersebut. Sehingga citra Indonesia sebagai negara muslim terbesar harus dibarengi dengan ketersedianya produk halal.
“Kita jangan hanya bangga dengan sebutan tersebut tetapi jaminan produk halal di pasaran harus mendukung predikat itu,”pungkas Helma. (dtk/arrahmah.com)
BANDUNG (Arrahmah.com) – Seiring kesadaran Umat Islam mengkonsumsi produk halal ternyata juga diikuti kesadaran produsen dalam menyajikan produknya.Meski hal ini belum memasyarakat secara luas namun trend dipasar regional maupun global terjadi peningkatan yang menggembicarakan.
Demikian dikatakan peneliti dari LIPI,Prof.Jusmaliani kepada hidayatullah.com usai dirinya menjadi narasumber dalam kegiatan sosialisasi produk halal yang diadakan para pengusaha di kantor MUI Kota Bandung,Kamis (23/6/2011).
Jusmaliani memaparkan, hasil penelitiannya tiga tahun terakhir menunjukan kesadaran umat Islam di Indonesia semakin meningkat.Menurutnya hal itu ditunjukan dengan adanya keberanian konsumen menanyakan tentang status produk yang akan dikonsumsi (dibeli) kepada pihak produsen (penyedia jasa).
“Penelitian saya bagi menjadi dua subyek yakni prilaku konsumen dan produsen.Keduanya menunjukan trend yang positif sesuai dengan tuntutan pasar global. Di mana tuntutan produk sehat (halal) semakin mendunia,”sambung Jusmaliani.
Meski hasil penelitiannya menunjukan trend produk halal masih terjadi daerah kota besar saja namun dirinya yakin kesadaran tersebut akan merambah juga hingga ke perdesaan.
“Mungkin karena kita mayoritas sehingga kepercayaan tersebut tumbuh alamiah saja.Sebenarnya tidak boleh demikian karena dipasaran masih banyak produk yang belum halal.Misalnya daging,kan kalau penyebelihannya tidak halal jatuhnya tidak halal kan,” jelasnya.
Jika dibandingkan dengan negara tetangga,tambah Jusmaliani,kesadaran umat Islam di Indonesia masih kalah jauh.Dirinya lantas membandingkan dengan hasil penelitiannya terhadap muslim di kota Melbourne Australia.
“Mungkin karena mereka minoritas sehingga kehati-hatian terhadap produk halal mereka tinggi,” duganya.
Untuk itu dirinya berharap peran semua pihak terutama LPPOM MUI dan para dai untuk terus mengkampanyekan penting produk halal. Selain dukungan pemerintah dengan menetapkan UU Jaminan Produk Halal.
“Hasil penelitian saya juga sebagian besar konsumen memperoleh informasi produk halal dari keluarga atau teman dekat,sebagian dari bacaan,” tambahnya.
Hal tersebut juga diakui Ketua Bidang Ekonomi Ummat MUI Kota Bandung,Helma Agustiawan. Helma menceritakan pengalamannya ketika mengantar tamu dari Singapura yang hendak makan siang di sebuah rumah makan di Kota Bandung.Sebelum makan sang tamu terlebih dahulu menanyakan akan status makanan dan tidak adanya logo halal yang terpampang.
“Itu menunjukan kesadaran mereka akan produk halal masih diatas kita.Mungkin karena kita mayoritas jadi percaya saja,” kenang Helma.
Untuk itu pihaknya akan menempatkan sosialisasi produk halal menjadi prioritas dalam program kerja.Dirinya juga akan menggandeng perbagai pihak terkait guna mempercepat sosialisasi tersebut. Sehingga citra Indonesia sebagai negara muslim terbesar harus dibarengi dengan ketersedianya produk halal.
“Kita jangan hanya bangga dengan sebutan tersebut tetapi jaminan produk halal di pasaran harus mendukung predikat itu,”pungkas Helma. (dtk/arrahmah.com)