KHARTOUM (Arrahmah.com) – Penyelenggara aksi unjuk rasa anti-pemerintah di Sudan mengatakan pasukan keamanan telah membunuh sedikitnya lima pengunjuk rasa dalam 24 jam terakhir.
Protes terbaru yang digelar pada Sabtu (6/4/2019) menjadi salah satu yang terbesar dalam tiga bulan aksi demonstrasi menuntut pemerintahan Presiden Omar Al-Bashir untuk mengundurkan diri.
Protes dimulai pada Desember sebagai reaksi terhadap kenaikan harga dan ekonomi yang terus menurun, namun dengan cepat meningkat menjadi demonstrasi anti-pemerintah dan menuntut Bashir yang berkuasa selama tiga dekade untuk mundur, lansir Al Jazeera (7/4).
Sarah Abdel-Jaleel, juru bicara Asosiasi Profesi Sudan mengatakan kepada AP pada Ahad (7/4) bahwa empat orang tewas di ibu kota Khartoum ketika pasukan keamanan mencoba membubarkan massa yang mendekati markas militer.
Seorang pengunjuk rasa lainnya tewas di Omdurman, lanjut Abdel-Jaleel.
Kantor berita negara, SUNA mengutip juru bicara polisi Jenderal Hashim Abdel-Rahim, mengklaim bahwa satu orang terbunuh “selama kerusuhan di Omdurman”.
Para pejabat mengklaim sejauh ini 31 orang telah tewas dalam kekerasan terkait protes, namun Human Rights Watch menyebut angka kematian sebanyak 51 orang, termasuk anak-anak dan petugas medis.
Sambil meneriakkan yel-yel, pengunjuk rasa mengindahkan seruan penyelenggara protes untuk berbaris menuju markas tentara yang terletak di dekat kediaman Bashir.
Saksi mata mengatakan kepada Reuters bahwa pasukan keamanan menggunakan gas air mata untuk membubarkan para demonstran, yang beberapa di antaranya dilaporkan ditangkap. (haninmazaya/arrahmah.com)