Sana`a – Setelah lima tahun umur perang melawan gerakan Al-Qaeda yang dipimpin Osama Bin Ladin, organisasi ini makin solid, kuat dan berpengaruh sehingga tetap sebagai ancaman AS dan sekutu-sekutunya, kata analis, Sabtu (28/10).
“Dalam waktu lima tahun dan dengan dana lebih dari 350 miliar dolar seharusnya Al-Qaeda yang bersembunyi di dalam gua telah musnah. Tapi kenyataannya makin kuat dan berpengaruh,” tulis Prof. Abdul Bari Athwan di harian Al-Quds Al-Arabi.
Analis Arab independen yang bermukim di London dan sering menjadi rujukan media Arab dan internasional itu mengingatkan bahwa kekuatan dan pengaruh yang makin besar ini disebabkan oleh kesalahan politik AS dan Inggris di Afganistan dan Irak.
“Bila AS dan Inggris keliru lagi menangani Darfur (Sudan red.), maka basis Al-Qaeda akan bertambah lagi di Darfur setelah berkembang di sejumlah negara Arab dan Eropa,” katanya.
Bila anasir Al-Qaeda yang jumlahnya tidak lebih dari dua ribu orang pada mulanya hanya dikonsentrasikan di gua-gua di wilayah Jalal Abad, Afganistan. Setelah lima tahun telah berkembang di mancanegara dan makin berpeluang menjadi ancaman AS dan sekutunya.
“Jadi hanya Bush dan Tony Blair saja yang mengklaim kemenangan di Afganistan dan Irak. Merekalah yang bersikeras bahwa aksi militer sebagai satu-satunya cara untuk menghabiskan gerakan terorisme,” paparnya.
“Tetapi kenyataannya adalah sebaliknya. Kebijakan dan strategi yang dilakukan keliru, sehingga hasil yang diharapkan belum tampak dan hampir mustahil untuk memenangi perang,” katanya.
Ia menilai bahwa Al-Qaeda di samping sukses memenangi perang media, juga sukses dalam perang informasi dan teknologi informasi, sehingga bisa dengan mudah menginstruksikan sel-selnya di mancanegara. (antaranews/heris)