(Arrahmah.id) – Artikel “Strategi Membiarkan Hamas Mengalahkan Dirinya Sendiri” menjadi salah satu dari 10 artikel teratas yang dipilih oleh editor majalah Foreign Affairs tahun 2024. Artikel ini ditulis oleh Audrey Kurth Cronin, Direktur Institut Strategi dan Teknologi Carnegie Mellon serta penulis buku How Terrorism Ends: Understanding the Decline and Demise of Terrorist Organizations.
Dalam tulisannya, Cronin menawarkan perspektif yang berbeda tentang bagaimana “Israel” menangani Hamas. Ia menguraikan enam jalur potensial untuk mengakhiri apa yang disebutnya sebagai “kelompok teroris”, dengan fokus khusus pada strategi “kegagalan dari dalam”.
Laporan ini akan menyoroti poin-poin utama yang disampaikan oleh Cronin serta tanggapan dari pihak “Israel” terhadap artikelnya.
Bencana Strategis & Hasil yang Berlawanan
Cronin mengakui bahwa meskipun “Israel” telah melakukan operasi militer dalam skala besar, tindakan mereka justru meningkatkan dukungan untuk Hamas di kalangan rakyat Palestina. Selain itu, tindakan ini merusak posisi global “Israel” dan memberi tekanan berat pada hubungan dengan Amerika Serikat, mitra terpenting mereka.
Yang lebih buruk, meskipun “Israel” mengklaim telah membunuh ribuan pejuang Hamas, menurut Cronin, hanya sedikit bukti yang menunjukkan bahwa Hamas benar-benar kehilangan kemampuan untuk mengancam “Israel” secara signifikan.
Cronin juga mengutip survei yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kebijakan Palestina dan Survei (Maret 2024), yang menunjukkan bahwa dukungan untuk Hamas di Gaza telah melampaui 50%, meningkat 14 poin sejak Desember 2023.
Meskipun Cronin menganggap Hamas sebagai organisasi yang memenuhi semua kriteria sebagai kelompok teroris—dan percaya bahwa kehancurannya akan menguntungkan Palestina, “Israel”, Timur Tengah, dan AS—ia menekankan bahwa strategi “Israel” yang membabi buta menghantam warga sipil justru menguntungkan Hamas.
Di mata dunia Arab, Islam, dan bahkan sebagian besar pemuda di Barat, Hamas dipandang sebagai pembela rakyat Palestina yang tertindas, sementara “Israel” dianggap sebagai agresor kejam.
Kesimpulannya, menurut Cronin, meskipun ada beberapa kemenangan taktis, perang di Gaza adalah bencana strategis bagi “Israel”. Jika “Israel” ingin benar-benar mengalahkan Hamas, mereka membutuhkan strategi yang lebih cerdas, dengan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana kelompok-kelompok seperti ini biasanya berakhir.
6 Jalur yang Bisa Mengakhiri Hamas
Berdasarkan analisis terhadap 457 kampanye dan organisasi “teroris” selama satu abad terakhir, Cronin mengidentifikasi enam jalur utama yang dapat menyebabkan kehancuran kelompok semacam itu. Biasanya, lebih dari satu jalur bekerja secara bersamaan, menciptakan kombinasi faktor yang menyebabkan runtuhnya organisasi tersebut.
Namun, menurut Cronin, “Israel” harus memberi perhatian khusus pada satu jalur tertentu: “Kelompok tidak berakhir karena kekalahan militer, tetapi karena kegagalan strategis.”
Sejak serangan 7 Oktober 2023, “Israel” berusaha menghancurkan Hamas secara militer—tetapi gagal. Sebaliknya, strategi yang lebih cerdas adalah menemukan cara untuk mengurangi dukungan terhadap Hamas dan mempercepat kehancuran internalnya.
Berikut adalah enam jalur utama yang diidentifikasi Cronin:
1. Pencapaian Tujuan
Salah satu cara kelompok berakhir adalah dengan mencapai tujuan mereka. Cronin mencontohkan sayap militer Kongres Nasional Afrika yang berjuang melawan apartheid di Afrika Selatan, serta Irgun, kelompok bersenjata Zionis yang menggunakan terorisme untuk mengusir Inggris dari Palestina dan mendukung berdirinya “Israel”.

Namun, ia menilai bahwa Hamas tidak mungkin mencapai tujuan mereka, yaitu pembebasan penuh Palestina dari Sungai Yordan hingga Laut Mediterania, kecuali jika “Israel” runtuh dari dalam.
2. Berubah Menjadi Entitas Lain
Beberapa kelompok berhenti menjadi organisasi militan dan berubah menjadi jaringan kriminal atau pemberontakan yang lebih konvensional. Mereka tidak lagi mengejar perubahan politik tetapi hanya mencari keuntungan finansial.
Menurut Cronin, skenario ini tidak berlaku bagi Hamas, karena Hamas tetap berorientasi pada perjuangan perlawanan, bukan sekadar keuntungan ekonomi.
3. Represi Militer yang Sukses
Banyak negara mencoba mengakhiri kelompok pemberontak dengan penindasan militer total—seperti yang sedang dilakukan “Israel” terhadap Hamas.
Namun, Cronin menegaskan bahwa pendekatan militer jarang berhasil. “Israel” mencoba menggambarkan Hamas seperti ISIS, tetapi narasi ini tidak meyakinkan, baik bagi warga Palestina maupun bahkan sebagian orang “Israel” sendiri.
Setelah 15 bulan pertempuran, jelas bahwa pendekatan ini tidak efektif.
4. Pembunuhan atau Penangkapan Pemimpin
Strategi lain adalah “memotong kepala ular”, yaitu dengan menangkap atau membunuh para pemimpin utama.
Namun, metode ini hanya efektif untuk kelompok yang kecil, terpusat, dan tanpa struktur kepemimpinan yang jelas. Hamas, di sisi lain, memiliki jaringan kuat yang telah bertahan selama hampir 40 tahun.

Sejarah telah menunjukkan bahwa membunuh tokoh-tokoh seperti Yahya Ayyash, Ahmad Yasin, Abdul Aziz Rantisi, Ismail Haniyeh, atau Yahya Sinwar tidak melemahkan Hamas, malah justru memperkuatnya dengan meningkatkan dukungan dan rekrutmen.
5. Solusi Politik Jangka Panjang
Alternatif lain bagi “Israel” adalah bernegosiasi dengan Hamas.
Namun, Cronin mengakui bahwa gagasan ini hampir mustahil mengingat sejarah panjang kegagalan negosiasi dan kebencian mendalam antara kedua pihak.
Meski begitu, ia menekankan bahwa negosiasi dapat menimbulkan perpecahan di dalam Hamas, antara mereka yang menginginkan penyelesaian politik dan yang tetap memilih jalur perlawanan.
6. Kehancuran Internal
Jalur keenam yang menurut Cronin paling mungkin terjadi adalah kehancuran Hamas dari dalam karena kehilangan dukungan rakyat.
Di sinilah ia mengusulkan strategi:
- Memberikan bantuan kemanusiaan besar-besaran ke Gaza.
- Menghindari penghancuran total infrastruktur dan hukuman kolektif terhadap warga sipil.
- Menawarkan alternatif yang lebih menarik bagi rakyat Gaza dibanding Hamas.
Namun, ia sendiri bertentangan dengan analisis awalnya, karena di awal artikel, ia mengakui bahwa dukungan Hamas justru meningkat akibat agresi “Israel”.

Tanggapan “Israel”
Ophir Falk, penasihat kebijakan luar negeri Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menolak gagasan Cronin. Dalam artikelnya di Foreign Affairs, ia menegaskan bahwa Hamas tidak akan runtuh dengan sendirinya dan harus dihancurkan secara militer.
Ia juga mengklaim bahwa “Israel” berusaha mengurangi korban sipil, dan perang akan segera berakhir jika Hamas menyerah tanpa syarat—klaim yang dianggap banyak pihak tidak realistis.
Di sisi lain, Cronin percaya bahwa “Israel” seharusnya memanfaatkan kelemahan internal Hamas untuk menghancurkannya dari dalam.
Namun, realitas di lapangan justru menunjukkan sebaliknya: Hamas semakin populer di dalam dan luar Palestina, dan pertukaran tahanan justru menguatkan posisi Hamas.
Meskipun “Israel” telah gagal dalam lima strategi sebelumnya, Hamas tetap harus bersiap menghadapi metode baru yang mungkin digunakan untuk menghancurkannya—termasuk strategi yang diusulkan oleh Cronin.
- Mahmoud Al-Rantisi, Seorang peneliti yang aktif dalam berbagai kajian dan telah menerbitkan sejumlah studi serta artikel ilmiah.
(Samirmusa/arrahmah.id)