RIYADH (Arrahmah.com) – Liga Arab mengungkapkan prihatin dengan memburuknya hubungan Libanon-Teluk setelah komentar kritis dari seorang menteri Libanon tentang intervensi militer yang dipimpin Saudi di Yaman diikuti oleh kerajaan yang melarang semua impor dari Libanon dan memberi duta besar Libanon 48 jam untuk meninggalkan Riyadh.
Arab Saudi juga melarang warganya bepergian ke Libanon dan menarik duta besarnya.
Dalam sebuah pernyataan yang mengutip Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit pada Sabtu (30/10/2021), pihaknya mengimbau negara-negara Teluk “untuk merenungkan langkah-langkah yang diusulkan … untuk menghindari efek negatif lebih lanjut pada ekonomi Libanon yang runtuh”.
“… Aboul Gheit menyatakan keprihatinan dan penyesalannya yang mendalam atas memburuknya hubungan Lebanon-Teluk dengan cepat …,” kata pernyataan itu, menambahkan bahwa dia yakin Presiden Libanon Michel Aoun dan Perdana Menteri Najib Mikati akan bertindak cepat untuk meredakan krisis.
Beberapa jam setelah keputusan Arab Saudi, Bahrain memerintahkan duta besar Libanon untuk meninggalkan negara itu dalam waktu dua hari untuk alasan yang sama, kata kementerian luar negeri Bahrain.
Hubungan antara Beirut dan Riyadh sudah tegang, tetapi mereka semakin memburuk pada Selasa (26/10) setelah rekaman mulai beredar online dari Menteri Informasi George Kordahi membuat pernyataan kritis tentang perang yang dipimpin Saudi melawan pemberontak Houtsi di Yaman.
Dia mengatakan wawancara televisi itu direkam lebih dari sebulan sebelum dia diangkat menjadi menteri.
Kordahi mengatakan Houtsi yang bersekutu dengan Iran “membela diri mereka sendiri … melawan agresi eksternal”.
Mantan presenter TV itu juga mengatakan perang yang telah berlangsung lama itu “sia-sia” dan menyerukan untuk mengakhirinya, yang menyinggung pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi.
Kordahi mengatakan komentarnya adalah pendapat pribadi dan dibuat sebelum dia bergabung dengan pemerintah, tetapi mengatakan dia menolak untuk digunakan oleh entitas mana pun.
Pada Sabtu (30/10), sekelompok menteri Libanon juga bertemu untuk membahas keretakan diplomatik yang semakin dalam.
Dalam sebuah pernyataan pada Jumat malam (29/10), Perdana Menteri Libanon Najib Mikati mengatakan dia “menyesali” langkah Saudi.
“Kami juga mengimbau para pemimpin saudara Arab untuk bekerja dan membantu mengatasi krisis ini untuk menjaga kohesi Arab,” tutur Mikati.
Awal pekan ini, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Bahrain memanggil duta besar mereka ke Libanon sebagai tanggapan atas komentar tersebut, sementara Dewan Kerjasama Teluk (GCC) enam negara – juga terdiri dari Qatar dan Oman – mengutuk pernyataan Kordahi. (Althaf/arrahmah.com)