MOSKOW (Arrahmah.com) – Rusia harus menghentikan penjualan senjata ke Suriah dan PBB akan memberikan sanksi yang cukup besar demi memaksa Presiden Bashar Al Assad hengkang dari kekuasaan, seorang pejabat Liga Arab menyatakan pada Kamis (21/6/2012).
Tim pengawas PBB di Suriah yang menunda operasi pada hari Sabtu lalu karena terus meningkatnya kekerasan di negeri tersebut, harus digantikan oleh pasukan ‘penjaga perdamaian’ PBB, sekjen Liga Arab, Ahmed Ben Helli, menyatakan pada Interfax.
“Sejumlah pendampingan yang akan mendukung pada melarutnya tindakan kekerasan harus dihentikan. Ketika anda mengirimkan perlengkapan militer itu artinya anda berperan dalam membantai orang-orang. Hal ini harus dihentikan,” Interfax pada Kamis (21/6) mengutip ungkapan Ben Helli saat ditanya mengenai kerjasama militer Rusia dengan Suriah.
Rusia, yang merupakan salah satu penyuplai utama militer Assad, telah melindungi sekutunya Suriah dari sanksi tegas Suriah. Rusia menyatakan bahwa kerja samanya tidak terkait dengan konflik internal Suriah.
Ben Helli mengatakan ketentuan dalam Piagam PBB memungkinkan Dewan Keamanan untuk mengesahkan tindakan termasuk dari sanksi intervensi militer untuk mendukung rencana perdamaian oleh Kofi Annan, utusan bersama dari Liga Arab dan PBB.
“Seperti kita lihat, tidak ada pihak yang menghentikan pertempuran, karena itu saya pikir kita harus menggunakan Bab 7 dalam rangka mewujudkan rencana Annan,” lanjutnya.
“Saya pikir langkah ini akan diambil cepat atau lambat jika situasi terus berkembang seperti sekarang ini.”
Rusia telah menolak upaya Barat dan Arab untuk memaksa Assad keluar dari kekuasaan dan terus mendesak dialog politik, pendekatan yang ditolak oleh sebagian besar oposisi Suriah.
PBB mengatakan lebih dari 10.000 tewas oleh pasukan pemerintah selama pemberontakan terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad berlangsung. (althaf/arrahmah.com)