TRIPOLI (Arrahmah.com) – Pemerintahan diktator Gaddafi akan mengakhiri operasi militer terkait dengan resolusi PBB, namun laporan mengatakan pertempuran masih terus berlangsung di beberapa wilayah di Libya.
Pemerintah Libya telah mengumumkan gencatan senjata terhadap para pendemo, satu jam setelah Dewan Keamanan PBB memberlakukan pelarangan terbang di seluruh negeri.
Dalam sebuah statemen pada Jumat (18/3/2011), Moussa Koussa, Menteri Luar Negeri Libya mengatakan pemerintahnya tertarik dalam melindungi warga sipil dan orang asing.
“Kami memutuskan gencatan senjata segera dan segera menghentikan semua operasi militer,” ujarnya menambahkan bahwa Libya menaruh minat yang besar untuk melindungi warga sipil.
Koussa mengatakan karena negaranya adalah anggota Perserikatan Bangsa-bangsa, maka wajib menerima resolusi Dewan Keamanan PBB.
Namun pasukan pemerintah masih terus terlihat melepaskan tembakan ke arah oposisi yang menguasai kota Misurata, ujar saksi mata, dimana serangan sebelumnya telah merenggut nyawa sedikitnya 25 orang.
Abdulbasid Abu Muzairik, penduduk di kota pesisir barat mengatakan penembakan dari artileri dan tank masih berlangsung.
“Pasukan Gaddafi berada di pinggiran kota namun mereka terus menyerang pusat kota,” ujarnya seperti yang dilansir Al Jazeera. “Gencatan senjata tidak terjadi, ia masih terus menyerang rakyat sampai sekarang.”
Anita McNaught, koresponden Al Jazeera di Tripoli mengatakan bahwa statemen pemerintah sangat hati-hati dibuat dan sangat disengaja.
“Firasatku adalah bahwa itu merupakan upaya untuk membeli waktu karena Libya, saya pikir, telah benar-benar terkejut oleh kebangkitan aksi konsensus internasional.”
Deklarasi gencatan senjata juga kontras dengan komentar sebelumnya oleh Muammar Gaddafi, pemimpin negara itu, yang memperingatkan penduduk Benghazi, bahwa pasukan akan menunjukkan “tidak ada belas kasihan” dalam sebuah serangan yang akan datang di kota itu.
“Kami akan melacak mereka, mencari mereka di gang-gang, jalan demi jalan,” ujarnya dalam pidato radio pada Kamis (17/3).
Pejuang oposisi di negara itu mengatakan ada nilai positif dari gencatan senjata, tapi tetap harus berhati-hati.
Perancis juga mengatakan harus waspada.
“Kami harus sangat hati-hati. Dia sekarang mulai takut, tapi di lapangan, ancaman tidak berubah,” ujar Bernard Valero, jurubicara kementrian luar negeri seperti yang dilansir Reuters.
David Cameron, Perdana Menteri Inggris mengatakan gencatan senjata akan dinilai oleh “tindakannya bukan kata-katanya”.
“Yang benar adalah Resolusi DK PBB mengatakan ia harus menghentikan apa yang dia lakukan, menyiksa rakyatnya.”
“Jika tidak, semua tindakan yang diperluka bisa mengikuti untuk membuatnya berhenti,” ujarnya seperti yang dilaporkan BBC. (haninmazaya/arrahmah.com)