JAKARTA (Arrahmah.com) – Liburan positif, PPPA Daarul Qur’an menggelar jambore pada Selasa-Rabu, 24-25 Desember 2013, itu diikuti lebih 1000 santri yang berasal dari 52 Rumah Tahfidz di Jabodetabek.
Ustadz Kosasih, Dewan Syariah PPPA Daarul Qur’an, mengatakan untuk meraih kejayaan dengan ilmu, ”Raihlah kejayaan dunia dan akhirat dengan ilmu,” demikian pesan KH Ahmad Kosasih dalam pembukaan Jambore Santri Tahfidz Qur’an di Bumi Perkemahan Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (24/12/2013) siang,
Dia kemudian menyebut sejumlah keutamaan ilmu. “Barangsiapa yang pergi menuntut ilmu, maka dia berada di jalan Allah sampai dia kembali,” katanya menyitir hadits riwayat Imam Timidzi.
Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam telah berwasiat dengan lisannya yang mulia, bersabda:
”Barangsiapa melalui satu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memasukkannya ke salah satu jalan di antara jalan-jalan surga, dan sesungguhnya malaikat benar-benar merendahkan sayap-sayapnya karena ridha terhadap penuntut ilmu, dan sesungguhnya seorang alim benar-benar akan dimintakan ampun oleh makhluk yang ada di langit dan di bumi, bahkan ikan-ikan di dalam air. Dan sesungguhnya keutamaan seorang alim atas seorang abid (ahli ibadah) adalah seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang-bintang yang ada. Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan Dinar ataupun dirham, mereka hanya mewariskan ilmu. Maka barangsiapa mengambilnya, maka hendaklah dia mengambil bagian yang banyak” (HR Imam Abu Daud).
Ali bin Abi Talib ra, lanjut Ustadz Kosasih, menyimpulkan bahwa ilmu lebih berharga daripada harta. Ali berkata, ”Ilmu lebih baik daripada harta, oleh karena harta itu kamu yang menjaganya, sedangkan ilmu itu adalah yang menjagamu. Harta akan lenyap jika dibelanjakan, sementara ilmu akan berkembang jika diinfakkan (diajarkan). Ilmu adalah penguasa, sedang harta adalah yang dikuasai. Telah mati para penyimpan harta padahal mereka masih hidup, sementara ulama tetap hidup sepanjang masa. Jasa-jasa mereka hilang tapi pengaruh mereka tetap ada/membekas di dalam hati.”
Salah satu peserta jambore Muslihan Bashri, Pembina Rumah Tahfdiz Al Azmy Gunungsindur, Bogor, menyambut baik kegiatan jambore santri. ”Melalui jambore ini kita bisa mengajak para santri untuk istiqomah beribadah dan mengaji dalam suasana apapun, misalnya ketika berwudhu harus antri panjang dan sholat berjamaah bergantian,” tutur mahasiswa Perguruan Tinggi Ilmu Qur’an Jakarta tersebut.
Manager Program PPPA Daarul Qur’an, Nanang Ismuhartoyo, menjelaskan, perkemahan Selasa-Rabu dimaksudkan untuk konsolidasi Rumah Tahfidz binaan PPPA Daarul Qur’an. Saat ini, menurutnya, ada sekitar 300 Rumah tahfidz di seluruh Indonesia, dengan jumlah santri sekitar 30 ribu. ”Konsep Jambore Santri adalah memindahkan kehidupan pesantren di Rumah Tahfidz ke perkemahan,” terang Nanang usai memimpin acara pembukaan jambore, Selasa siang.
Aspek-aspek yang dinilai dari setiap kontingen meliputi amalan kepesantrenan, K3 (kebersihan, ketertiban, keindahan) kemah, dan kreativitas seni. Selain itu, panitia juga menyelenggarakan beberapa perlombaan yang diikuti utusan setiap kemah seperti lomba adzan dan baca shalawat.
Sebagai perangsang prestasi, panitia menyediakan berbagai macam hadiah seperti piala bergilir dan berbagai hadiah lainnya.
Meskipun sempat mendapat rinai gerimis dan panas terik pada saat pembukaan, para santri tampak menikmati kebersamaan mereka di tenda-tenda. ”Pokoknya kalau jambore, asyiiik,” kata Andre dari Rumah Tahfidz Al Azmy, yang mengaku pernah mengikuti acara serupa ini pada tahun lalu. (azm/nurbowo/arrahmah.com)