SURABAYA (Arrahmah.com) – Polisi bersama FPI bubarkan acara lintas agama yang digelar SETARA Institute di Surabaya. Acara dibubarkan karena tak berizin dan melibatkan unsur kaum gay, aliran sesat ahmadiyah dan faham pluralisme.
Pertemuan lintas agama (Focus Group Discussion) yang diadakan SETARA Institute di Surabaya dibubarkan polisi dan Front Pembela Islam (FPI), sesaat sebelum pertemuan digelar di Hotel Inna Simpang Jalan Gubernur Suryo Surabaya, Kamis (13/1/2011). Aksi pembubaran itu berlangsung damai tanpa ada keributan apapun, meski sempat terjadi perdebatan ringan antara pihak SETARA Institute dengan anggota FPI.
Polisi melarang acara tersebut dengan alasan panitia tidak memiliki izin. Polisi sendiri memang tidak mengizinkan adanya pertemuan itu karena tidak disertai dengan surat permohonan izin pertemuan. Seorang polisi menjelaskan bahwa pertemuan yang melibatkan lebih dari 10 orang harus mendapat izin
Setelah menggelar jumpa pers untuk wartawan di Palapa Coffe Shop, seorang perwira menengah polisi meminta agar peserta pertemuan meninggalkan hotel. Polisi meminta peserta pertemuan meninggalkan hotel dengan baik-baik karena pertemuan itu memang tidak berizin.
Sementara FPI berupaya membubarkan acara ini karena di dalamnya ada unsur kaum gay, aliran sesat Ahmadiyah, dan mengusung faham liberalisme. Bagi FPI, aliran sesat Ahmadiyah adalah penista agama yang tidak berhak hidup di bumi Indonesia.
“Sebenarnya kami tidak keberatan dengan pertemuan ini. Kami keberatan dan membubarkan karena mereka mengundang unsur Ahmadiyah, unsur gay dan unsur liberalisme,” kata Ketua Laskar FPI Surabaya, Sasmito, kepada wartawan di Hotel Inna Simpang
Sasmito menegaskan, selama ada unsur Ahmadiyah di suatu forum, maka di situ pula FPI akan hadir mencegah dan membubarkan. Pembubaran acara Ahmadiyah, kata Sasmito, karena keberadaan aliran sesat Ahmadiyah menimbulkan keresahan umat.
“Kami memang tidak banyak membawa anggota tetapi ratusan anggota kami siap digerakkan dari Masjid Al-Akbar,” tandas Sasmito.
Dengan nada kecewa, Bonar Tigor Naipospos yang menggelar acara ini menyesalkan alasan polisi membubarkan pertemuan ini. Tentang alasan izin yang dipersoalkan oleh polisi, Bonar menegaskan bahwa pihaknya tak perlu mengantongi izin dari polisi. Wakil Ketua Setara Institute ini berkilah bahwa pertemuan itu dilakukan di tempat tertutup.
“Malahan ini bisa menjadi masukan bagi SBY untuk menjamin keselamatan kaum minoritas di Indonesia,” jelasnya.
Meski sudah dibubarkan polisi, peserta pertemuan Forum Group Discussion (FGD) masih di dalam Hotel Inna Simpang. Para peserta pertemuan malah berkumpul di Palapa Coffee Shop untuk berbincang-bincang.
Karena masih berada di dalam hotel, maka beberapa anggota FPI pun juga enggan beranjak dari situ. Mereka masih terus berjaga untuk memantau dan memastikan peserta pertemuan tidak menggelar acaranya. Beberapa anggota polisi berpakaian preman juga ikut menjaga.
Melihat sikap ngeyel SETARA Institute yang memaksa bertahan di hotel, Chief Security Hotel, Budi, segera bertindak. Budi dengan tegas meminta agar peserta pertemuan membubarkan diri karena dianggap telah mengganggu pengunjung hotel lainnya.
“Kami tidak ingin pengunjung hotel terganggu dengan suasana ini. Jadi tolong silahkan keluar,” usir budi dengan sopan.
Setelah berkata itu, lampu coffee shop segera dimatikan, selanjutnya Budi menyuruh petugas hotel untuk menata meja yang sempat berserakan. Dengan cara ini akhirnya peserta pertemuan ngibrit meninggalkan hotel. (voa-islam/dtk/arrahmah.com)