BEIRUT (Arrahmah.com) – Presiden Libanon Michel Aoun telah menelepon pemimpin rezim Suriah Bashar Asad dari Suriah untuk membahas demarkasi perbatasan maritim Libanon-Suriah, menurut Menteri Luar Negeri sementara Libanon Charbel Wehbe.
Langkah itu dilakukan setelah rezim Suriah menawarkan perusahaan minyak Rusia hak untuk melakukan eksplorasi minyak di wilayah maritim yang disengketakan di Mediterania.
Berbicara kepada MTV swasta Libanon pada Selasa (6/4/2021), Wehbe mengatakan Aoun mengonfirmasi dalam seruannya kepada Asad bahwa “Libanon tidak akan menerima untuk mengurangi kedaulatannya atas perairannya”.
Wehbe mengonfirmasi bahwa negaranya berpegang pada demarkasi perbatasan laut melalui negosiasi.
“Pilihan terakhir adalah mencari pengadilan internasional,” kata Wehbe, menambahkan bahwa Beirut tidak akan menyerang Damaskus karena sengketa laut.
Meskipun sebagian besar perbatasan darat antara kedua negara telah dibuat batasnya pada tahun 1971, namun batas laut antara Suriah dan Libanon belum dibatasi.
Libanon berusaha untuk mengakhiri demarkasi maritim dengan Suriah setelah penemuan sumber daya minyak dan gas di Mediterania di mana rezim Asad menawarkan kontrak kepada perusahaan Rusia pada Maret untuk melakukan eksplorasi minyak di wilayah sengketa yang dikenal sebagai blok No.1. (haninmazaya/arrahmah.com)