BEIRUT (Arrahmah.com) – Para pengunjuk rasa di Libanon membanjiri jalan-jalan pada Ahad (20/10/2019), terus menekana Perdana Menteri Saad Al-Hariri saat tenggat waktu yang mereka tentukan untuk memberikan paket reformasi yang sangat dibutuhkan untuk ekonomi yang hancur di negara itu semakin dekat, lapor Reuters.
Protes anti-pemerintah yang melanda negara itu sejak Kamis telah menyatukan semua segmen masyarakat Libanon dalam seruan persatuan yang tidak biasa untuk jatuhnya elit politik yang disalahkan oleh para pengunjuk rasa karena menjerumuskan ekonomi ke dalam krisis.
Pada Ahad (20/10), para demonstran memenuhi jalan-jalan di seluruh negeri untuk hari keempat dengan pawai yang menyerupai festival di luar ruangan. Pengeras suara memperdengarkan musik nasionalis dan para pengunjuk rasa yang berenergi meneriakkan seruan jatuhnya pemerintah.
“Saya tidak berharap orang-orang dari utara, selatan, dan Beirut untuk bergandengan tangan dan saling menyukai. Protes telah menyatukan semua orang dan ini belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Sahar Younis, seorang pekerja berusia 32 tahun yang bekerja untuk organisasi non-pemerintah.
Hariri, yang memimpin pemerintahan koalisi yang dikepung oleh persaingan sektarian dan politik, diberikan tenggat waktu 72 jam pada hari Jumat untuk menyetujui reformasi yang dapat menangkal krisis ekonomi, mengisyaratkan bahwa ia mungkin akan mundur.
Dia menuduh saingannya menghalangi langkah-langkah anggaran yang dapat membuka janji donor Barat sebesar 11 miliar USD, dan membantu mencegah keruntuhan ekonomi.
Sumber-sumber pemerintah mengatakan Hariri sedang menunggu koalisinya untuk bergabung dengan proposal ekonomi, yang mencakup pajak pada bank dan mengimplementasikan rencana dalam waktu satu bulan untuk merombak utilitas listrik negara yang mahal dan hancur. (haninmazaya/arrahmah.com)