BEIRUT (Arrahmah.com) — Dalam wawancara yang disiarkan televisi pada hari Jumat (24/12/2021), Presiden Michel Aoun mengatakan bahwa Libanon membutuhkan enam hingga tujuh tahun untuk dapat bangkit dari krisis yang sedang dialami negaranya saat ini.
Michel Aoun mengatakan Libanon telah mencapai krisis ini sebagai akibat dari perbuatan buruk, pencurian, korupsi, dan kegagalan sistem yang terjadi selama ini di negaranya tersebut.
Dalam keterangannya itu, Presiden Libanon itu menyatakan bahwa perubahan intelektual dan praktis yang sangat dibutuhkan pasti akan diterapkan untuk memperbaiki krisis saat ini.
“Apa yang rakyat Libanon derita dan jalani hari ini adalah akibat dari perbuatan mereka yang berkuasa di masa lalu yang dipercayakan dengan kehidupan warga negara,” tegasnya, dikutip Al Jazeera (25/12).
Seperti diketahui, Libanon berada di tahun ketiga kehancuran ekonomi yang dimulai pada 2019, ketika sistem keuangan runtuh di bawah beban utang negara yang besar dan kekurangan mata uang asing.
Hal itu diakibatkan oleh tindakan korupsi selama beberapa dekade, salah urus ekonomi, dan pembiayaan yang tidak berkelanjutan di negara itu.
Pernyataan Aoun muncul beberapa hari setelah Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres membuat komentar pedas tentang penyebab keruntuhan keuangan Libanon dalam sebuah video yang beredar di media sosial.
“Sejauh yang saya mengerti apa yang terjadi di Libanon adalah bahwa Libanon menggunakan sesuatu yang mirip dengan skema Ponzi … yang berarti bahwa bersama dengan korupsi dan, mungkin, bentuk pencurian lainnya, sistem keuangan telah runtuh,” kata Guterres dalam video tersebut.
Banyak kritikus lain dari otoritas Libanon telah membandingkan sistem keuangan dengan skema Ponzi, tergantung pada pinjaman baru untuk membayar kembali utang yang ada, dan bank sentral membantahnya.
Kecelakaan itu telah menyebabkan mata uang Libanon kehilangan lebih dari 90 persen nilainya dan penabung dibekukan dari simpanan mereka di sistem perbankan yang lumpuh.
Mike Azar, pakar sistem keuangan Libanon, mengatakan Guterres telah mengungkapkan pandangan serupa pada pertemuan tertutup lainnya antara Sekjen PBB dan anggota masyarakat sipil Libanon pada Selasa.
Saat ditanya oleh kantor berita Reuters tentang pernyataan itu, seorang juru bicara PBB mengatakan pandangan sekretaris jenderal tentang krisis keuangan itu lebih sepenuhnya diungkapkan pada konferensi pers di akhir kunjungannya.
Pada konferensi pers itu, Guterres mengatakan para pemimpin Libanon perlu meyakinkan masyarakat internasional untuk mendukung negara itu dengan menerapkan reformasi dalam kaitannya dengan kehidupan ekonomi, sosial dan politik negara itu, dan dengan mengadopsi rencana pemulihan ekonomi yang kredibel untuk pembicaraan dalam program dukungan IMF. (hanoum/arrahmah.com)