JAKARTA (Arrahmah.id) – Sebagian besar jemaah haji mulai meninggalkan tenda kota Mina, Arab Saudi pada Selasa sore, (18/6/2024) waktu setempat. Pada hari kedua Tasyrik ini, mereka melakukan ritual melempar jumrah ke tiga tiang Jamarat yang melambangkan setan.
Sambil melantunkan takbir “Allahu akbar”, jemaah melempar jumrah (kerikil) ke Jamarat Al-Sugra (pilar kecil), kemudian Jamarat Al-Wusta (pilar sedang), dan terakhir Jamarat Al-Aqaba (pilar terbesar) masing-masing tujuh kali.
Jemaah yang terburu-buru dapat segera meninggalkan Mina dan berangkat ke Masjidil Haram di Mekah untuk melakukan Tawaf Al-Wida, mengelilingi Kabah, ritual wajib ibadah haji terakhir.
Mereka berkunjung ke Masjidil Haram sebelum berangkat ke Masjid Nabawi di Madinah atau pulang ke penginapan mereka. Jemaah yang terburu-buru diperbolehkan meninggalkan Mina menuju Mekah sebelum matahari terbenam pada Selasa.
Jika tidak, mereka harus menginap satu hari lagi di Mina dan dapat melempar jumrah. Menurut laporan Saudi Gazette, mayoritas jemaah telah meninggalkan Mina sebelum matahari terbenam pada hari Selasa.
Otoritas Saudi telah membuat pengaturan untuk keberangkatan jemaah dari Mina sesuai jadwal dua hari yang mereka siapkan untuk menghindari kemacetan di Jembatan Jamarat serta untuk memastikan kelancaran pergerakan mereka ke Masjidil Haram untuk melakukan Tawaf Al-Wida.
Otoritas Umum Transportasi (TGA) telah menyiapkan 2.460 bus untuk transportasi jemaah.
Jemaah berangkat dari tenda mereka di Mina menuju kompleks Jamarat sesuai waktu yang dijadwalkan pada Selasa sore.
Mereka mencapai Jamarat dengan menggunakan Kereta Mashaer dan bus, sementara jemaah yang tinggal di tenda-tenda di dekat Jamarat berjalan kaki menuju bangunan tersebut.
Setelah selesai melempar jumrah, jemaah kembali ke tenda mereka, mengemas barang bawaan mereka, dan menaiki bus yang membawa mereka ke Mekah.
Meskipun haji berakhir secara resmi pada hari Rabu, hari ketiga Tasyrik, jemaah diperbolehkan berangkat sehari lebih awal ke Mekah.
Ritual melempar jumrah tahun ini dilakukan di bawah terik panas matahari yang mencapai suhu 51,8 derajat Celcius.
“Tentu saja ini adalah sesuatu yang sangat sulit dan melelahkan. Suhunya tidak normal dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan ini sangat mempengaruhi kami,” kata Ahmed Al-Baradie, jemaah haji asal Mesir, kepada Saudi Gazette.
Lebih dari 2.760 jemaah menderita sengatan matahari dan tekanan panas pada hari Minggu saja pada awal putaran pertama rajam, menurut Kementerian Kesehatan.
Menteri Kesehatan Saudi Fahd Al-Jalajel meminta jemaah haji untuk menghindari jam sibuk dari pukul 11 pagi hingga jam 4 sore saat melakukan ritual melempar jumrah.
Dia menyarankan mereka untuk menghindari paparan sinar matahari langsung dan menjauhi tempat yang panas.
Kementerian Kesehatan melaporkan 2.764 kasus stres panas yang mereka tangani pada hari pertama Idul Adha. Pasukan keamanan, petugas medis, dan petugas pertolongan pertama telah dikerahkan di dalam dan sekitar Mina, terutama di jalan-jalan dan area terbuka, untuk mengarahkan dan membantu para jemaah.
Mereka juga merawat orang-orang yang mengalami luka bakar akibat sinar matahari di kaki mereka.
Badan Pusat Statistik Arab Saudi (Gastat) menyatakan bahwa jumlah total jemaah haji tahun ini sebanyak 1,8 juta orang lebih. Ini termasuk lebih dari 1,6 juta orang yang berasal dari berbagai negara serta lebih dari 221.000 jemaah domestik, baik warga Saudi maupun ekspatriat.
Pemerintah Saudi telah menyiapkan berbagai hal untuk memperlancar ibadah haji. Mereka membagikan 40 juta botol air zamzam setiap hari. Untuk menjaga keamanan mereka memasang jaringan 883 unit pendingin ruangan serta 4.323 unit ventilasi dan kipas kabut.
Pemerintah juga menerjunkan 2.800 relawan yang siap membantu para peziarah dan memberikan arahan dalam 50 bahasa. Lebih dari 200 kereta listrik besar tersedia untuk melayani jemaah dan 10.000 kursi roda untuk jemaah yang membutuhkan.
(ameera/arrahmah.id)