WASHINGTON (Arrahmah.com) – Hasil studi terbaru mengenai dampak perang Afghanistan menunjukkan angka mencengangkan. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir jumlah korban sipil yang tewas akibat serangan udara meningkat lebih dari 300 persen.
Lembaga studi perang, Costs of War Project, yang berbasis di Brown University menyatakan setidaknya 700 warga sipil jadi korban serangan udara tentara Amerika Serikat (AS) dan aliansinya sepanjang 2019. Sedangkan sejak 2017, jumlah warga sipil yang jadi korban perang militer AS serta tentara sekutu di Afghanistan meningkat 330 persen, demikian publikasi hasil studi yang dikutip dari BBC, Selasa (8/12/2020).
Angka tersebut jadi yang tertinggi sejak pertama kali tentara AS menginvasi Afghanistan pasca-insiden serangan 9/11 yang menghancurkan Gedung WTC serta Pentagon di New York dan Washington DC.
Peneliti mengatakan peningkatan serangan udara disebabkan semakin sedikitnya tentara AS di darat. Selain itu, nampaknya Washington berupaya memberikan tekanan lebih besar pada milisi Taliban untuk segera menyetujui kesepakatan damai.
AS mulai mengurangi serangan udara setelah mencapai kesepakatan dengan Taliban pada Februari 2020. Presiden Donald Trump juga berjanji akan mengurangi keberadaan tentara AS di Afghanistan.
Namun, Costs of War Project justru menemukan fakta terbaru bahwa militer Afghanistan memanfaatkan penarikan tentara AS untuk meningkatkan patroli serta serangan udara mereka. Padahal, di saat bersamaan pemerintah Afghanistan tengah berupaya melakukan pembicaraan damai dengan kelompok milisi.
“Saat ini, masyarakat sipil Afghanistan lebih terancam bahaya dari angkatan udara negara ketimbang sejarah terdahulu,” isi hasil studi.
Dalam enam bulan pertama tahun 2020, setidaknya 86 warga sipil tewas serta 103 luka-luka dalam serangan udara yang dilakukan militer Afghanistan. Bulan lalu, lembaga amal Save the Children menemukan fakta di lapangan bahwa rata-rata lima anak-anak tewas atau terluka setiap hari, terburuk dalam kurun waktu 14 tahun terakhir. Sedangkan data dari PBB menunjukkan setidaknya 26.025 anak-anak terbunuh atau terluka dalam rentang 2005 hingga 2019. (Hanoum/Arrahmah.com)