KAIRO (Arrahmah.com) – Sembilan lembaga swasta di Mesir pada Senin (29/7/2013) menyerukan pemecatan Mentri Dalam Negeri Mesir setelah puluhan massa demonstran pendukung Mursi gugur di Kairo dan Alexandria dalam beberapa hari terakhir. Sementara itu lembaga Hak Asasi Manusia Maroko mengecam keras tragedi di Mesir dan menyebutnya sebuah “pembantaian”, TV Al-Jazeera melaporkan.
Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan pada Senin, sembilan organisasi swasta di Mesir menuntut pemecatan Mentri Dalam Negeri Muhammad Ibrahim dan pengadilan terhadapnya atas tindakan-tindakannya.
Pernyataan sikap bersama itu menegaskan “penggunaan kekerasan secara berulang kali, berlebihan dan mematikan oleh pasukan keamanan dalam menghadapi demonstrasi politik hanya akan menimbulkan masalah-masalah politik yang mendorong masyarakat Mesir kepada revolusi”.
Sembilan organisasi swasta itu juga menyerukan kepada Ikhwanul Muslimin Mesir untuk tidak menggunakan kekerasan. “Kepada anggota-anggota dan pemimpin-pemimpin Ikhwanul Muslimin yang menolak kekerasan politik dan hasutan terhadap kebencian agama dan social, hendaknya meyakinkan rekan-rekan dan tokoh-tokoh mereka untuk meninggalkan cara-cara kekerasan.”
Mentri Dalam Negeri Mayjend Muhammad Ibrahim menampik jika pasukan keamanan menggunakan kekerasan terhadap para demonstran sipil pendukung presiden terguling Muhammad Mursi. Namun sembilan organisasi swasta Mesir menuding Mendagri melakukan “pembantaian”.
Stasiun TV Al-Jazeera pada Senin (29/7/2013) memberitakan sedikitnya 200 demonstran pendukung Mursi gugur dan 4500 lainnya cedera parah oleh tembakan peluru tajam pasukan keamanan Mesir terhadap massa demonstran di lapangan Rabiah al-Adawiyah, Kairo dan Alexandria.
Sementara itu kantor berita Rassd Mesir melaporkan data yang lebih besar. Berdasar data dari rumah sakit lapangan dan para aktivis, Rassd mencatat sekitar 480 demonstran gugur dan 8000 lainnya cedera oleh serangan biadab militer Mesir. Sebanyak 1500 demonstran ditangkap oleh militer. Sniper-sniper militer bahkan menembaki para korban dari atas atap masjid di sekitar lokasi demonstrasi.
Junta militer Mesir sendiri menutup-nutupi jatuhnya ratusan korban “pembantaian” di lapangan Rabiah al-Adawiyah dan tempat-tempat lainnya. Militer menutup 9 chanel TV dan menekan media cetak untuk tidak meliput demonstrasi anti kudeta militer. (muhibalmajdi/arrahmah.com)