Sejak arus pemberitaan di media massa gencar perihal kondisi rakyat Irak yang menderita lapar dan nasib anak-anak Irak yang kesulitan makan, aktifis berbagai organisasi sosial dunia mulai mengalir masuk ke negeri seribu satu malam tersebut.
Berbagai pemberitaan yang seperti sembilu, terus datang dari Irak. Tentang nyawa manusia yang tidak lagi berharga, tentang kekerasan yang merebak dan ancaman kematian yang ada di mana-mana. Terlebih setelah Irak dikoyak oleh perselisihan antar sekte Syiah dan Sunni. Kondisi Irak makin tak menentu.
Peristiwa itu membuat miris umat Islam. Tapi di sisi lain, kondisi itu menjadi peluang emas bagi sejumlah organisasi sosial Kristen untuk turut masuk melalui jalur PBB. Mereka membawa misi kristenisasi di Irak, dengan baju kemanusiaan. Mereka membawa sejumlah makanan untuk rakyat Irak yang setiap waktu terancam peluru dan kematian itu. Tapi mereka juga membawa ribuan buku dan brosur Kristen untuk warga Irak. Jadi, di Irak aksi kolonial pasukan AS di Irak dibarengi dengan aksi perang pemikiran.
Peran organisasi Kristen yang hadir melalui rekomendasi PBB ini, oleh majalah Newsweek disebutkan antara lain Organisasi “Kitab Suci” yang mengirimkan lebih dari 50 ribu buku Kristen ditambah brosur tentang agama Kristen. Seorang Jubir yang mengatasnamakan Dewan Kristenisasi Internasional, seperti dikutip oleh Majalah Al-Mujtama, mengatakan,”Kita sudah mengirim ribuan injil, sementara dua organisasi Kristen lain menyampaikan mereka telah melatih tim khusus missionaris Kristen di Irak.”
Masalah seperti ini bukan hanya terjadi di Irak saja, harian Washington Post, pernah melansir berita tentang berbagai organisasi sosial AS yang berbaju bantuan kemanusiaan, membawa misi Kristenisasi secara terorganisir di Indonesia, paskabencana gelombang Tsunami menimpa wilayah Aceh dan Sumatera Utara. Harian itu menyebutkan kecaman Ketua MUI terhadap ratusan anak-anak yang digiring menjadi Kristen dengan didahului pemberian bantuan kepada mereka. (na-str/mjtm/eramuslim)