KABUL (Arrahmah.com) – Sebuah bom mobil di dekat kantor polisi di provinsi Herat barat Afghanistan telah menewaskan sedikitnya delapan orang dan melukai lebih dari 50 lainnya, kata para pejabat, dikutip Al Jazeera.
Rafiq Sherzai, juru bicara rumah sakit provinsi, mengatakan jumlah korban tewas akibat ledakan hari Jumat (12/3/2021) diperkirakan akan meningkat karena beberapa korban luka berada dalam kondisi kritis.
Satu di antara yang tewas dan 11 lainnya cedera adalah personel Pasukan Keamanan Afghanistan, sedangkan sisanya adalah warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak, kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Tariq Arian.
Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab.
Gubernur Herat Sayed Abdul Wahid Qatali menuturkan beberapa wanita dan anak-anak termasuk di antara yang tewas.
Dalam beberapa jam setelah serangan itu, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada jumpa pers di New York mengutuk peningkatan serangan yang “mengkhawatirkan” di Afghanistan yang menargetkan warga sipil, bahkan ketika Taliban dan pemerintah Afghanistan mengadakan pembicaraan.
Kelompok ISIL (ISIS) telah mengklaim bertanggung jawab atas banyak pembunuhan, sementara Taliban dan pemerintah saling menyalahkan karena mencoba menyabot upaya untuk mencapai kesepakatan damai.
Lambatnya pembicaraan dan meningkatnya kekerasan telah mendorong Amerika Serikat untuk menyusun proposal perdamaian, yang disampaikan akhir pekan lalu.
Kedua belah pihak diperkirakan akan meninjau dan merevisi rencana delapan halaman menjelang pertemuan jangka panjang yang diusulkan AS untuk diadakan di Turki dalam beberapa minggu, ketika Washington berharap untuk melihat kesepakatan.
AS, sementara itu, sedang meninjau kesepakatan damai yang ditandatangani pemerintahan Trump dengan Taliban, yang menyerukan penarikan akhir dari 2.500 tentara AS dari Afghanistan pada 1 Mei.
Konsensus yang berkembang adalah untuk menunda penarikan tersebut tetapi dalam sebuah surat tegas kepada Presiden Afghanistan Ashraf Ghani akhir pekan lalu yang mendesak untuk kemajuan dalam berdamai dengan Taliban, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan semua opsi, termasuk penarikan, masih di atas meja. (Althaf/arrahmah.com)