MOGADISHU (Arrahmah.com) – Sedikitnya delapan orang tewas dan 17 cedera, termasuk siswa sekolah, di ibu kota Somalia dalam serangan bom mobil yang menargetkan konvoi keamanan PBB, kata para pejabat dan sejumlah saksi.
Kelompok al-Shabab dikabarkan mengaku bertanggung jawab atas ledakan besar yang terjadi pada Kamis dini hari (25/11/2021), mengguncang Mogadishu dan mengirimkan asap ke atas kota. Tembakan bergema di sekitar tempat kejadian, tutur saksi mata.
“Kami menghitung delapan orang tewas dan 17 lainnya termasuk 13 siswa terluka,” kata juru bicara polisi Abdifatah Aden Hassan kepada wartawan. Dia mengatakan seorang pembom bunuh diri di sebuah SUV penuh bahan peledak telah menargetkan konvoi keamanan PBB.
Layanan Ambulans Aamin mengevakuasi sedikitnya 23 orang yang terluka dalam ledakan itu, Abdikadir Abdirahman, direktur layanan tersebut, mengatakan kepada kantor berita Reuters.
Tidak segera jelas apakah ada personel PBB termasuk di antara mereka yang tewas atau terluka dalam ledakan besar, yang menargetkan konvoi saat melintas di dekat sebuah sekolah.
Pejabat PBB tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Abdiasis Abu Musab, juru bicara operasi militer al-Shabab, membenarkan bahwa tim operasi kelompok itu yang melakukan serangan tersebut.
Ledakan di dekat persimpangan K4 di jantung kota Mogadishu begitu besar sehingga dinding sekolah dasar dan menengah Mucassar di dekatnya runtuh. Mobil-mobil hancur dalam ledakan itu.
Mohamed Hussein, seorang perawat di Rumah Sakit Osman di dekatnya, mengatakan dia telah ditarik dari puing-puing reruntuhan bangunan.
“Dinding rumah sakit kami runtuh. Di seberang kami ada sekolah yang juga roboh. Saya tidak tahu berapa banyak yang meninggal,” ungkapnya.
Dia mengatakan kepada Reuters bahwa mereka “terguncang oleh tekanan ledakan, kemudian menjadi tuli oleh tembakan yang mengikutinya”.
Al Shabaab mengatakan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh radio Andalus bahwa serangan hari Kamis (25/11) menargetkan pejabat Barat yang dikawal oleh konvoi penjaga perdamaian Uni Afrika.
Pasukan penjaga perdamaian dimaksudkan untuk menarik diri dari negara itu, tetapi misinya dapat diperpanjang di tengah kekhawatiran bahwa pasukan Somalia tidak siap untuk memikul tanggung jawab atas keamanan. (Althaf/arrahmah.com)