BOGOR (Arrahmah.com) – Bila program Keluarga Berencana (KB) gagal atau tidak mengalami peningkatan, maka jumlah penduduk Indonesia diprediksi akan membludak menjadi dua kali lipat dalam 40 sampai 50 tahun lagi. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2050-2060 diprediksi mencapai 450 sampai 480 juta.
Ledakan jumlah penduduk terkait dengan kesiapan sumber daya alam, ketahanan pangan yang jika negara tidak siap akan membuat penduduknya tidak bisa hidup baik.
Hal tersebut disampaikan Dr Sugiri Syarief, MPA, Kepala Badan Koordinasi Keluaarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam sambutan pembukaan Workshop Diseminasi Hasil SDKI 2007 oleh Jurnalis Media Massa Nasional dan Privinsi di Sahira Butik Hotel, Bogor, Selasa malam (15/3/2011).
Dr Sugiri menyampaikan bahwa laju pertumbuhan penduduk berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) mencapai angka 1,49 persen. Jumlah ini kemudian akan dihitung secara demografi.
“Jumlah penduduk Indonesia akan dobel kalau dibagi laju pertumbuhan penduduk, yaitu 70 dibagi 1,49 persen. Jadi kurang lebih akan doubel sekitar 40-50 tahun ke depan,” jelas Dr Sugiri.
Bila jumlah pertumbuhan penduduk tidak diturunkan, maka diprediksi jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2050-2060 mencapai 450 sampai 480 juta.
“Nah, oleh karena itu, pemerintah kemudian mencoba untuk memperbaiki program secara menyeluruh. Dan kita sudah melakukan revitalisasi sejak tahun 2007 dan Alhamdulillah mudah-mudahan revitalisasi itu bisa kita selesaikan pada tahun 2011 ini,” lanjutnya.
Menurut Dr Sugiri yang direvitalisasi adalah semua infrastruktur pelayanan program, termasuk sarana dan prasarana klinik.
“Kita revitalisasi, tahun lalu kita perbaiki sarana dan prasarana di 23.500 klinik dan tahun ini kita melatih 35 ribu bidan, 10.353 dokter,” jelas Dr Sugiri.
Dengan upaya ini, Dr Sugiri mengharapkan semua klinik sudah lengkap secara peralatan dan petugas yang sudah dilatih.
“Yang belum bisa kita selesaikan adalah penambahan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB), yang pertambahannya (penduduk) tidak secepat yang kita harapkan,” jelas Dr Sugiri.
Kemudian, lanjut Dr Sugiri, sasaran yang secepat mungkin akan diturunkan adalah angka unmet need (kebutuhan yang belum terpenuhi) yang menurut angka SDKI adalah 9,1 persen.
“Kita harap tahun 2015 turun hingga 5 persen,” lanjut Dr Sugiri.
Untuk menurunkan angka tersebut, tambah Dr Sugiri, BKKBN harus menggarap daerah-daerah secara segmentasi umur, kesejahteraan dan pendidikan dan segmentasi wilayah.
“Secara segmentasi umur, maka yang unmet need-nya tinggi itu adalah generasi muda, maka pasangan-pasangan muda menjadi sasaran kita yang utama,” jelas Dr Sugiri.
Kemudian secara segmentasi kesejahteraan dan juga pendidikan, jelas Dr Sugiri, yang anaknya banyak adalah keluarga-keluarga miskin.
“Kemudian secara segmentasi wilayah, yang kita garap adalah wilayah yang tertinggal, terpencil dan perbatasan,” lanjut Dr Sugiri.
Dengan menggarap ketiga segmentasi tersebut, mudah-mudahan BKKBN akan mampu mendorong penurunan unmet need dari 9,1 persen menjadi 5 persen.
“Kalau itu saja kita lakukan, kita Insya Allah akan mampu menurunkan laju pertumbuhan penduduk dari 1,49 persen menjadi 1,1 persen pada tahun 2015. Nanti hasil itu bisa kita lihat dari hasil survei penduduk antar sensus yang dilakukan tahun 2015,” jelas Dr Sugiri. (dtk/arrahmah.com)