MEKSIKO (Arrahmah.com) – Setidaknya 31 orang tewas dalam ledakan di pasar kembang api pada Selasa (20/12/2016), angka tersebut kemungkinan bertambah karena lebih dari 50 orang dilaporkan hilang. Sementara itu puluhan orang lainnya berada dalam kondisi kritis di rumah sakit setempat.
Ledakan terjadi di pasar kemang api San Pablito di kota Tultepec, sekitar 25 mil sebelah utara kota Meksiko. Lebih dari 300 kios, yang merupakan 80 persen dari pasar, rata akibat ledakan tersebut.
“Semuanya terbakar. Semuanya meledak,” Crescencia Fransisco Garcia, seorang saksi mata peristiwa, mengatakan kepada The Guardian. “Batu-batu berterbangan, potongan batu bata, semuanya terbang.”
Penyebab awal ledakan masih belum jelas. Penyelidik forensik kini masih bekerja di tempat kejadian untuk menentukan penyebab ledakan tersebut.
Menurut pernyataan dari kantor jaksa agung federal, enam ledakan terpisah memulai kehancuran. Direktur layanan darurat Tultepec mengatakan kepada stasiun televisi lokal, sebagaimana dilansir VICE News, bahwa kemungkinan penyebab tragedi itu adalah karena kurangnya pencegahan awal.
Kantor Kejaksaan Negeri untuk Meksiko menyebutkan korban tewas terbaru adalah 31 orang. Gubernur Negara Bagian Meksiko Eruviel Avila membenarkan bahwa 53 orang masih dinyatakan hilang, dan 72 lainnya luka-luka. Jumlah tersebut kemungkinan akan meningkat. Para pejabat mengatakan bahwa jenazah dalam keadaan terbakar cukup parah dan hanya akan bisa diidentifikasi melalui tes DNA.
Ini bukan pertama kalinya ledakan serupa terjadi. Pada tahun 2005 ledakan menghantam toko-toko sebelum hari perayaan kemerdekaan negara itu. Akibatnya lebih dari 100 orang terluka. Sejak ledakan itu, para pejabat setempat telah berusaha untuk membuat pasar San Pablito aman, mengharuskan semua toko agar terbuat dari batu bata dan beton, serta penempatan petugas pemadam kebakaran di lokasi.
Beberapa pekan sebelumnya, direktur lembaga kembang api pemerintah negera, yang memonitor industri kembang api, menyatakan bahwa pasar tersebut adalah salah satu yang paling aman di seluruh Amerika latin, menurut situs berita Animal Politico.
(fath/arrahmah.com)