DAVAO (Arrahmah.com) – Kelompok bersenjata Abu Sayyaf bertanggung jawab atas serangan bom di kota kelahiran Presiden Filipina, Rodrigo Duterte yang menewaskan 14 orang, ujar klaim pemerintah Filipina.
Puluhan orang terluka dalam ledakan di sebuah pasar di kota Davao, Filipina Selatan.
Duterte yang berada di Davao saat ledakan itu terjadi telah menerapkan state of lawlessness atau kondisi tanpa payung hukum yang memungkinkan tentara untuk dikerahkan di kota dan membantu polisi.
Menteri Pertahanan Nasional, Delfin Lorenzana mengklaim Abu Sayyaf ingin membalas atas kerugian berat yang dialami di kubu mereka di Jolo, sekitar 900 kilometer dari Davao.
“Kami telah memperkirakan ini dan memperingatkan pasukan kami, namun musuh masih menggunakan ruang demokrasi yang diberikan oleh konstitusi kami untuk bergerak bebas dan menabur teror,” klaim Lorenzana dalam sebuah pernyataan seperti dilansir BBC pada Sabtu (3/9/2016).
Seorang juru bicara presiden mengatakan penyidik telah menemukan pecahan peluru dari mortir di lokasi kejadian.
Polisi di ibukota Manila tengah berada dalam siaga tinggi menyusul ledakan mematikan.
Setidaknya 60 orang terluka dan 30 dibawa ke rumah sakit.
Ledakan terjadi di luar hotel Marco Polo di daerah yang sering dikunjungi oleh Duterte.
Pecahan kaca bertebaran di tempat kejadian, yang telah ditutup oleh para ahli bom dan penyidik. (haninmazaya/arrahmah.com)