MOGADISHU (Arrahmah.com) – Perdana menteri Somalia mengklaim pada Dewan Keamanan PBB pada Jumat (14/1/2011) bahwa pemerintahannya tengah memenangkan perang melawan ‘militan’ Islam namun masih harus menghadapi 2,5 juta rakyat yang menderita kelaparan akibat musim kemarau yang melanda negeri konflik itu.
Mohamed Abdullahi Mohamed yang baru duduk di kursi jabatannya selama 50 hari menyatakan bahwa pasukan Somalia dan tentara Uni Afrika tengah memenangkan pertempuran melawan milisi Al Shabaab yang diklaim terkait dengan jaringan Al Qaeda.
“Keamanan di Mogadishu berangsur pulih hari demi hari,” kata Mohamed pada Dewan Keamanan, yang telah memberikan dukungan kuat untuk pemerintah transisi Somalia
Dia mengatakan sekitar 60 persen wilayah Mogadishu kini di bawah kendali pemerintah dan sekitar 80 persen penduduk ibukota sekarang sudah bisa tinggal di daerah tersebut.
Mohamed pun optimis dengan pasukan Uni Afrika (AMISOM) tambahan sejumlah 4.000 personil akan memiliki “dampak yang dramatis.”
Dewan Keamanan PBB menyetujui untuk menambah pasukan ke Somalia satu bulan yang lalu tetapi belum diketahui kapan mereka akan tiba. Uganda dan Burundi telah menawarkan untuk menyediakan pasukan yang akan menguatkan misi militer AMISOM yang saat ini berkulmah lebih dari 12.000.
Pemerintah Somalia juga memutuskan untuk menguatkan pasukannya sendiri dan hampir 1.000 pasukan akan segera kembali dari pelatihan khusus oleh para ahli Uni Eropa di Uganda.
“Kemudian kami mulai melihat peningkatan jumlah pejuang muda Al Shabab yang menyerah pada pasukan pemerintah dan AMISOM,” kata Mohamed.
“Tujuh menyerahkan diri kepada pemerintah minggu lalu,” klaimnya.
Para pengamat mengatakan bahwa Al Shabab masih mengontrol sebagian besar wilayah di Somalia.
Sementara itu, Mohamed pun mengeluhkan ancaman baru dari kekeringan yang melanda negaranya.
“Hampir 2,5 juta orang berada di ambang kelaparan,” kata Mohamed wartawan setelah pertemuan.
“Kami menerima ratusan anak-anak dan ibu sakit dengan penyakit yang berhubungan dengan kekeringan setiap hari,” kata Abdirizak, seorang dokter di Rumah Sakit Banadir Mogadishu pada Reuters.
World Food Programme mengklaim pihaknya menarik diri dari Somalia selatan setahun yang lalu dengan dalih memperoleh ancaman terhadap staf dan tuntutan dari Al Shabaab untuk membayar biaya keamanan.
Pada musim kemarau pada tahun 1992, dilaporkan, sekitar setengah juta orang tewas dan Mohamed mengatakan perlu ada usaha dari dunia internasional untuk menghindari kejadian tersebut berulang di kemarau tahun ini.
Selain itu, Mohamed berdalih kekurangan biaya untuk mengatasi segala permasalahan yang menimpa negaranya. (althaf/arrahmah.com)