YERUSALEM (Arrahmah.id) – Lebih dari 800 ekstremis “Israel” menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki pada Kamis pagi (5/10/2023) bertepatan dengan hari keenam hari raya Sukkot Yahudi di bawah perlindungan pasukan “Israel”.
Para rabi, kepala asosiasi permukiman, dan dosen universitas sayap kanan termasuk di antara 832 orang yang memaksa masuk ke kompleks situs keagamaan tersebut, sebuah sumber di Departemen Wakaf Islam di Yerusalem mengatakan kepada Al-Araby Al-Jadeed.
Pasukan “Israel” memberlakukan pembatasan ketat terhadap jamaah Muslim yang memasuki Al-Aqsa dan mereka yang berusia di bawah 60 tahun dilarang mengakses situs tersebut.
Itu terjadi selama hari raya keagamaan Yahudi Sukkot, yang dimulai pada tanggal 29 September dan berakhir pada hari Jumat. Liburan ini telah menyaksikan ribuan ekstremis “Israel” menyerbu kompleks Al-Aqsa, dan hampir 1.500 orang memasuki lokasi tersebut pada Senin (2/10).
Kelompok radikal “Israel” pada Kamis (5/10) juga terus mengadakan demonstrasi provokatif baik di dalam Kota Tua Yerusalem maupun di luar temboknya, menyerang warga Palestina dan properti mereka.
Mereka juga memukul dan meludahi wartawan di kawasan pasar dekat Al-Aqsa, tempat toko-toko terpaksa tutup selama enam hari berturut-turut.
Kota Tua adalah rumah bagi Al-Aqsa serta Tembok Barat dan Gereja Makam Suci.
Kompleks Al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga dalam Islam dan tempat umat Islam terpenting di Palestina.
Orang-orang Yahudi memandangnya sebagai situs paling suci dalam agama mereka, percaya bahwa itu adalah lokasi dua kuil kuno mereka.
Banyak ekstremis Yahudi ingin mengganti masjid dengan kuil ketiga atau membagi situs tersebut antara Muslim dan Yahudi berdasarkan waktu dan ruang yang tersedia.
Meskipun non-Muslim dapat mengunjungi situs suci tersebut, akan tetapi ibadah di Al-Aqsa hanya diperuntukkan bagi umat Islam berdasarkan perjanjian status quo yang sudah lama mengatur kompleks tersebut. (zarahamala/arrahmah.id)