MOGADISHU (Arrahmah.id) – Hampir 8,3 juta orang di Somalia kemungkinan akan menghadapi krisis atau tingkat kerawanan pangan akut yang lebih buruk antara April dan Juni 2023, sebuah laporan yang dirilis oleh PBB dan organisasi non pemerintah lainnya mengatakan pada Selasa (13/12/2022).
“Tingkat kebutuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Somalia ini didorong oleh dampak curah hujan buruk selama lima musim berturut-turut, kemungkinan musim keenam dengan curah hujan di bawah rata-rata dari Maret hingga Juni 2023, dan harga pangan yang sangat tinggi, diperburuk oleh konflik/ketidakamanan dan wabah penyakit yang terjadi bersamaan,” bunyi laporan bersama PBB dan kelompok kemanusiaan internasional.
Baidoa, ibu kota administratif negara bagian barat daya Somalia, dan kota Burkahaba kemungkinan akan menghadapi kelaparan antara April dan Juni 2023, kata laporan itu.
Daerah-daerah tersebut saat ini sudah mengalami tingkat kekurangan gizi akut yang sangat tinggi, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO).
Sebuah analisis oleh kelompok bantuan pada Agustus menemukan “total perkiraan beban malnutrisi akut di Somalia mencapai sekitar 1,8 juta anak, termasuk 513.550 anak yang kemungkinan mengalami malnutrisi parah, hingga Juli 2023,” kata laporan itu.
Beberapa daerah di Somalia tengah dan selatan juga memiliki risiko kelaparan yang meningkat antara April dan Juni tahun depan “jika curah hujan ternyata lebih buruk dari yang diperkirakan saat ini, akan menyebabkan lebih banyak kegagalan produksi tanaman dan ternak serta bantuan kemanusiaan tidak mencapai negara yang populasinya paling rentan ini,” tambahnya.
Daerah yang menghadapi risiko kelaparan yang tinggi ini termasuk provinsi tengah Hiran dan pemukiman bagi para pengungsi di Garowe, Galkacyo dan Dollow, sebuah kota yang berbatasan dengan Ethiopia.
Somalia saat ini sedang mengalami salah satu kekeringan terburuk dalam sejarahnya, yang telah membunuh jutaan ternak dan menelantarkan lebih dari satu juta orang.
Pemerintah Somalia telah menyatakan kekeringan sebagai “darurat kemanusiaan nasional” dan meminta dukungan internasional untuk mencegah kelaparan yang membayangi. (zarahamala/arrahmah.id)