JAKARTA (Arrahmah.id) – Penyakit ginjal kronis atau chronic kidney disease (CKD) cukup banyak diidap oleh masyarakat Indonesia. Bahkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2018 (Riskesdas), tercatat ada lebih dari 739.208 orang atau sekitar 3,8 persen masyarakat di Indonesia yang mengidap penyakit tersebut.
Prevalensi ini meningkat dari data Riskesdas dari tahun 2013 yang di angka 2 persen.
Spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi, dr Pringgodigdo Nugroho, SpPD-KGH, mengatakan, dari total 700 ribu tersebut, paling banyak diidap oleh usia di atas 15 tahun.
Hal serupa juga sempat diungkapkan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, Eva Susanti beberapa waktu lalu. Ia menyebut, kelompok usia dewasa 35-44 tahun ada di 3,31 persen yang mengidap penyakit ginjal kronis.
Sementara untuk lanjut usia di atas 65 tahun sekitar 8,23 persen yang mengidap penyakit tersebut.
dr Pringgodigdo mengatakan, penyebab utama yang paling banyak diidap pasien penyakit ginjal kronis di Indonesia adalah hipertensi. Menurutnya, tak sedikit pasien yang sudah menjalani hemodialisis atau cuci darah mengidap kondisi tersebut yang memicu penyakit ginjal kronis.
“Nggak heran ya, data riskesdas juga terkait hipertensi di atas 34 sekian persen. Berarti kalau ada 30 orang 10 di antaranya kena hipertensi. Selain itu ada diabetes,” ucap dr Pringgodigdo, saat ditemui di Jakarta Pusat, Senin (17/1/2024).
Selain hipertensi, penyebab utama lainnya adalah diabetes. Tingkat gula darah yang tinggi dapat merusak ginjal secara perlahan, lama kelamaan ginjal tak mampu menyaring darah sebagaimana seharusnya yang berakibat terjadinya penyakit ginjal kronis.
Karena itu, dr Pringgodigdo juga menyoroti pentingnya pemeriksaan kondisi kesehatan ginjal secara berkala ke dokter sedini mungkin. Ia menyarankan, untuk melakukan pemeriksaan ginjal pada tiap orang yang telah menginjak usia 15 tahun ke atas.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak menyepelekan penyakit ini dan menerapkan gaya hidup yang sehat. Pasalnya, penyakit ginjal yang tak diobati dapat memicu penyakit gagal ginjal hingga penyakit kardiovaskular lainnya, seperti jantung.
“Untuk pencegahannya, karena tadi paling banyak hipertensi dan diabetes jadi kita lakukan gaya hidup untuk mencegah itu. Mencegah diabetes dan hipertensi, mulai dari diet seimbang, mencegah kelebihan berat badan, cukup garam tidak berlebihan, kemudian aktivitas fisik yang teratur,” lanjutnya lagi.
dr Eva beberapa waktu lalu juga sempat membeberkan provinsi Indonesia dengan catatan kasus penyakit ginjal kronis paling tinggi. Adapun provinsinya yakni: Kalimantan Utara, Maluku Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat (NTB), Aceh, Jawa Barat, Maluku, DKI, Jakarta, Bali, Yogyakarta.
“Indonesia saat ini menghadapi bonus demografi, justru pada umur 35 mulai menampakkan orang dengan usia produktif terjadi penyakit ginjal kronis. Ini harus kita waspadai,” katanya dalam konferensi pers Hari Ginjal Sedunia, Selasa (7/3/2023).
(ameera/arrahmah.id)