SADAO (Arrahmah.com) – Lebih dari 600 imigran yang diyakini Muslim Rohingya dari Myanmar telah ditangkap oleh otoritas musyrik Thailand setelah dua serangan yang dilancarkan di dekat perbatasan Malaysia pada Jumat (11/1/2013).
Lebih dari 300 Muslim Rohingya ditemukan pada Selasa pekan lalu di sebuah gedung di kota Sadao, sedangkan serangan kedua terjadi beberapa hari setelahnya di sebuah perkebunan karet di dekat kota perbatasan Pedang Besar di mana ditemukan lebih dari 393 lebih, termasuk 14 anak dan 8 perempuan.
“Para imigran ilegal telah diserahkan kepada pihak imigrasi dan akan dideportasi kembali ke Myanmar,” ujar Kolonel Polisi Krissakorn Paleetunyawong kepada Reuters.
Diperkirakan 800.000 Muslim Rohingya tinggal di Myanmar tanpa memiliki identitas kewarganegaraan walaupun mereka telah secara turun-menurun hidup di sana. Pemerintah musyrik Myanmar menolak memberikan kewarganegaraan untuk mereka, mengklaim bahwa mereka adalah imigran ilegal dari Bangladesh.
Ratusan orang telah melarikan diri ke luar negeri dengan menggunakan perahu, terutama ke Malaysia untuk mencari kehidupan yang lebih baik setelah kekerasan sektarian yang mereka alami.
Pekan lalu, pemerintah Thailand menemukan 73 manusia perahu di dekat pulau Phuket.
Mereka, para pencari suaka, yang tiba dengan perahu reyot dan penuh sesak, dikirim kembali ke lautan lepas menggunakan perahu nelayan, ujar kelompok HAM yang berbasis di New York, Human Rights Watch.
Berbagai kelompok HAM menyeru pemerintah Thailand untuk membatalkan kebijakannya yang sewenang-wenang dengan mendeportasi Muslim Rohingya yang mendarat di Thailand. Pada tahun 2008, militer mendorong kembali 992 Muslim rohingya ke lautan lepas tanpa makanan dan air dan ratusan orang mungkin telah meninggal dunia, ujar aktivis.
Thailand dan Singapura telah menolak memberikan suaka kepada minoritas Muslim dari Myanmar itu sedangkan Bangladesh telah menutup perbatasan mereka. (haninmazaya/arrahmah.com)