MAUNGDAW (Arrahmah.com) – Lebih dari 3000 warga Muslim Rohingya melarikan diri dari desa mereka di kota Rathidaung, Arakan (Rakhine) untuk menyelamatkan diri mereka sejak (8/8/2012) berdasarkan laporan seorang tetua dari kota Maungdaw kepada Kaladan Press.
“Orang-orang Rohingya ini dari desa Thet Pying, Thara Pying, Anauk Pying dan desa lainnya di Rathidaung dan mereka telah melarikan diri dari desa mereka untuk menyelamatkan diri mereka dari ancaman etnis Rakhine,” katanya.
Mereka ketakutan setelah mendengar pembakaran desa dan pembunuhan saudara mereka di desa-desa di kota Kyauktaw. Muslim Rohingya dari Kyautaw dan Rathidaung berada dalam kondisi yang sama, karena berada di antara etnis Rakhine. Muslim dari Kyaukaw tidak memiliki kesempata untuk melarikan diri dari desa mereka, tetapi warga Rohingya dari Rathidaung memiliki kesempatan untuk menyelamatkan diri mereka.
Seorang warga desa Thawan Chang mengatakan bahwa warga Rohingya telah berjalan melewati gunung dan memasuki perbatasan Burma yang dijaga oleh pasukan perbatasan (Nasaka) di area no.8, sekarang warga Rohingya berada di dekat desa Thawan Chang, Kodankauk dan Chilkali di dekat kamp Nasaka, karena Nasaka tidak mengizinkan mereka melewati kamp.
“Personel Nasaka tidak mengizinkan warga Rohingya untuk melewati kamp itu dan mereka sekarang berada di hutan. Sekarang cuacanya musim hujan, ketika hujan turun warga Rohingya hanya berlindung di bawah pohon. Mereka tidak memiliki makanan, pakaian (pakaian ganti) dan pelindung,” kata warga desa itu.
“25 anak-anak dan 3 bayi yang baru lahir meninggal karena cuaca buruk dan tidak ada makanan. Mereka tidak mendapatkan perawatan medis apapun di hutan dan tidak ada obat untuk mereka. Nasaka tidak mengizinkan warga desa Rohingya lainnya untuk bertemu dengan mereka atau warga Rohingya tidak diizinkan untuk melewati kamp,” tambahnya.
Baru-baru ini, Menteri Luar Negeri Ahmet Davutoğlu telah mengunjungi Akyab untuk melihat situasi Muslim Rohingya, setelah kerusuhan terjadi, bersama tim medis dan memberikan bantuan lainnya untuk warga Rohingya dan Rakhine, tetapi tidak ada yang tahu tentang kondisi warga Rohingya yang berada di hutan-hutan (sebab pemerintah tidak melaporkan -red) dan tidak ada yang bisa memberi mereka bantuan apapun, kata seorang guru dari kota Maungdaw Selatan.
Di sisi lain, guru tersebut melaporkan terkait kondisi Muslim Rohingya di Maungdaw, ia mengatakan bahwa tidak ada bantuan untuk masyarakat Rohingya di Maungdaw, malahan otoritas atau LSM Burma lainnya memberikan bantuan kepada masyarakat Rakhine, yang didukung pemerintah dan dapat bergerak kemanapun di bawah aturan darurat ACT 144 dan tinggal bebas di rumah mereka. Otoritas hanya membuka pusat bantuan untuk Rakhine, tidak untuk warga Rohingya yang juga sedang dalam ketakutan penangkapan oleh pasukan keamanan dan mereka tidak diberi izin untuk keluar dari rumah mereka untuk mencari makanan untuk bertahan hidup.
LSM-LSM Muslim atau masyarakat Muslim internasional, kata guru tersebut, mengirim bantuan kepada kedua masyarakat (warga Rohingya-Rakhine) di Akyab. Namun para pekerja sosial itu tidak diizinkan untuk memberi bantuan makanan di Maungdaw dan Rathidaung. Otoritas membuka tujuh pusat bantuan untuk etnis Buddha Rakhine yang jumlahnya hanya 4 persen di Maungdaw. Sementara tidak ada bantuan bagi Muslim Rohingya yang menderita dan mayoritas jumlahnya di Maungdaw. Pasukan keamanan memburu warga Rohingya sedang di sisi lain membantu etnis Rakhine. (siraaj/arrahmah.com)